Ada semacam anomali dalam kebhinekaan kita. Indonesia disebut sebagai bangsa yang ramah, murah senyum, tetapi pasca reformasi muncul fenomena kekerasa
Fakta membuktikan masalah kebhinekaan di tanah air masih rapuh |
Diskusi yang menghadirkan Ahmad Gaus itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Serta dipandu Swary Utami Dewi. Ahmad Gaus menyatakan, kita tidak menutup mata terhadap fakta keras yang muncul selama 25 tahun pasca reformasi.
“Maka muncul pertanyaan, ada apa dengan bangsa ini? Sehingga ada tesis yang menyatakan, bangsa kita ini belum selesai sebagai bangsa. Masih dalam proses pembentukannya. Jadi rupanya kemerdekaan itu belum cukup bagi kita untuk menyelesaikan dirinya sendiri. Menyelesaikan problem internal dalam diri kita,” papar Ahmad Gaus.
Aktivis kebangsaan ini mengatakan, seharusnya kemerdekaan adalah modal bagi kita untuk berpikir ke luar. Tetapi kita selalu disibukkan oleh problem-problem internal, sesudah 78 tahun merdeka.
Ahmad Gaus |
Jika bangsa dilambangkan sebagai pohon, maka jika bangsa itu mau kuat maka akar-akarnya harus kuat menghujam di tanah. Akar itu adalah nilai-nilai yang selama ribuan tahun telah hidup di Indonesia (dh).
Foto: Istimewa