Di era Revolusi Industri 4.0 dan 5.0, agama-agama mengalami banyak tantangan. Teknologi digital tak hanya mengubah kehidupan sosial manusia, tapi juga
Kehadiran agama harus membuat sejuk hati pengikutnya |
“Dalam era ini, agama yang dibutuhkan adalah agama yang membawa pada perdamaian, kesejukan, dan keharmonisan dalam kehidupan pribadi maupun sosial,” ujar Budhy Munawar Rachman, dosen STF Driyarkara, dalam diskusi bertema Agama di Era Google di Jakarta (6/7), diadakan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA
“Kita tak bisa lagi beragama secara eksklusif. Beragama secara eksklusif dalam era seperti ini akan berujung pada malapetaka, seperti terorisme, dan sebagainya,” tutur Budhy, yang banyak menuliskan pemikiran tokoh pembaruan pemikiran Islam, Nurcholish Madjid.
Sejumlah negara tak terlalu memikirkan peran penting agama |
Pada diskusi itu, Budhy mengulas pemikiran Denny JA, Ketua Umum SATUPENA, tentang agama di era Google. Budhy terkejut dengan pemikiran Denny dengan kesimpulan dari data survei dan statistik yang menyatakan, agama kian tak dianggap penting oleh mayoritas penduduk. Khususnya di negara dengan tingkat kesejahteraannya tinggi dan masyarakatnya dianggap paling bahagia (ma).
Foto: Istimewa