Kapolri ke-16 Jenderal Polisi Bimantoro dalam biografinya Jakarta ( Indonesia Mandiri ) – Sebuah perdebatan menarik yang harus diingat oleh ...
![]() |
Kapolri ke-16 Jenderal Polisi Bimantoro dalam biografinya |
“Itu bendera kebudayaan,” ucap Gus Dur saat itu sebagai Presiden RI keempat dalam sidang kabinet. Sasaran kemarahannya tertuju utamanya ke Kapolri ke-16, Bimantoro.
Sementara Kapolri Bimantoro dalam biografinya “Dua Kali Menjadi Kapolri (2020),“ mengatakan, “Indonesia itu adalah negara kesatuan dengan hukum nasional yang berlaku dimanapun di Indonesia. Kita melakukan penindakan dan penurunan bendera GAM/Aceh Merdeka di Aceh, Bendera Republik Maluku Selatan di Ambon, bagaimana mungkin kita membiarkan bendera Papua Merdeka dikibarkan di Irian. Kecuali mereka mengibarkan bendera Cocacola.”
Perseteruan ini membuktikan, Kapolri berani dengan tegas menanggapi sikap Presiden yang melanggar konstitusi. Bahkan, ia memerintahkan langsung Kapolda Irian yang dijabat Irjen Pol Wenas, untuk menindak siapapun yang menjadi pelaku dan dalang pengibaran bendera Bintang Kejora.
Ditangkaplah salah satu tokoh dibelakang naiknya bendera yaitu, Dortheys Hiyo Eluay alias Theys. Gus Dur kembali marah dan menegur Bimantoro. Dengan tenang Bimantoro menjawab, “Presiden tidak bisa memerintahkan saya atau Polri untuk menahan atau membebaskan seseorang. Hak Presiden di bidang hukum adalah di grasi, amnesti serta rehabilitasi itupun ada prosedurnya. Jadi saya dan Polri hanya tunduk pada Undang-Undang.”
![]() |
Bendera Bintang Kejora Papua |
Dampak perseteruan ini memang berlanjut, yang ujungnya kita tahu semua, Presiden Gus Dur akhirnya jatuh setelah mengeluarkan Dekrit Presiden pada Juni 2001. Meski kejatuhan Gus Dur disebabkan oleh banyak hal, namun harus diakui salah satu penyebab utamanya adalah perseteruan dengan Kapolri Bimantoro. Karena Gus Dur sempat mengangkat pejabat Kapolri tidak dengan peraturan yang berlaku (abriyanto).
Foto: Istimewa