“Seperti memori komputer, kanon literasi meneruskan informasi dari keadaan yang lama ke keadaan yang baru,” ujar Martin Suryajaya, dosen Institut Kese
Kanon literasi menjadi bagian dari jejak sebuah bangsa |
Pengertian kanon literasi lebih luas dari sekadar kanon sastra. Kanon literasi bukan hanya berkaitan dengan sastra dalam pengertian adiluhung. Diskusi yang menghadirkan Martin Suryajaya itu dipandu Swary Utami Dewi dan Anick HT.
Menurut Martin, kanon literasi mencakup apapun yang merupakan bagian dari rekaman pikiran-pikiran masyarakat yang layak untuk dikenang. Jadi kanon literasi dalam hal ini berfungsi seperti memori. Kanon literasi bisa disebut sebagai kekayaan bangsa.
“Jadi mereka meneruskan semua pelajaran yang didapat selama menjadi bagian dari masyarakat itu kepada masyarakat yang sesudahnya,” lanjut Martin yang juga berpandangan, kanon fungsinya sangat dekat dengan fungsi sosial, fungsi pendidikan dan fungsi politik. Ia membentuk warga negara yang baik dan benar, dan semacam itu.
Sedangkan Satrio Arismunandar, Sekjen Satupena, mengomentari dengan membandingkan suasana di Amerika Serikat (AS). Konsep kanon sastra di AS banyak dikritik karena kurangnya keragaman dan inklusivitas. Karena, sambung Satrio, kanon literasi mengacu pada kumpulan karya yang dianggap sebagai bacaan penting dalam bahasa, budaya, atau bidang studi tertentu.
Martin Suryajaya |
Foto: abri/Istimewa