Sejumlah diplomat dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang pernah bertugas di berbagai seantero dunia bertemu di Qi Lounge-Hotel Sultan Jakarta (18/2
Presiden Jokowi saat melantik beberapa dubes RI |
Istilah “Literasi” ini menjadi menarik, karena memang dalam acara dikemas cukup santai sambil diiringi live band The Playsets, yang dimiliki oleh mantan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau 2002-2005) Marsekal TNI Purn. Chappy Hakim, ternyata menghadirkan tiga diplomat handal yang merekam pengalamannya dalam bentuk buku.
Ketiga diplomat tersebut adalah Darmansjah Djumala (Duta Besar RI di Polandia dan Austria) , Dian Wirengjurit (Dubes RI di Iran), serta Andradjati (Dubes RI untuk Senegal). Nah, pengalaman mereka malang-melintang di berbagai negara (termasuk saat bertugas sebagai Dubes) inilah yang kemudiana dituangkan dalam bentuk buku.
Darmansyah dengan buku berjudul “Diplomasi Membumi, Narasi Cita Diplomat Indonesia. Sedangkan buku karya Dian berjudul “lran, Nuklir, Sanksi Militer, dan Diplomasi.” serta Andradjati berjudul “Diplomasi Empat Benua.”
Intinya, karya buku tersebut yang dibantu penerbitannya oleh Kompas-Gramedia, memiliki pesan yang sangat baik untuk diketahui masyarakat luas. “Karena tugas diplomat selama ini terkesan kerjanya elitis, penampilan rapih, pakai mobil mewah. Tapi kita kerja konkrit, memajukan ekonomi dan perlindungan warga Indonesia. Jadi kerja untuk rakyat, demokratisasi diplomasi,” ucap Darmansyah.
Chappy Hakim (pakai topi koboi) ajak masyarakat gemar membuat dan membaca buku |
Lalu, Dian menceritakan pengalamannya di Iran, di mana banyak informasi kurang tepat selama ini beredar di negeri Para Mullah ini. Menurutnya, soal isu senjata nuklir yang sering disorot media Barat banyak tidak berdasar fakta. Produksi minyak Iran juga masih besar sehingga negeri ini bisa tetap tumbuh meski terkena embargo. Sedangkan Andradjati banyak mengulas pengalamannya membantu membebaskan warga Indonesia yang terdampar di Afrika.
Bagi Chappy Hakim, penggagas acara literasi, kegiatannya ini bukan untuk “adu kekuatan” untuk membedah isi buku. Tapi lebih ke arah mengajak masyarakat untuk produktif membuat buku, sehingga publik pun menjadi gemar membaca (ma).
Foto: Istimewa