Produk budaya di masa lampau dapat kembali populer dan relevan, jika ia diadaptasi dengan teknologi tinggi masa kini dan diterjemahkan dengan memakai
![]() |
Budaya Betawi harus hadir saat serbuan budaya global hadir |
Hal itu diungkapkan Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, saat Webinar membahas Betawi dan Belenggu Perubahan Zaman, di Jakarta (1/12).
Sebagai narasumber adalah Fawzy O’nishi, pengamat budaya Betawi. Diskusi ini dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Yeni Noerhayati.
Menurut Denny, jika tidak ada perubahan yang signifikan, budaya Betawi mungkin akan tetap hadir karena dirawat sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional. Tetapi tak memberi kontribusi signifikan pada budaya global.
“Karena, jika budaya Betawi mau berperan signifikan, ia harus memiliki konten teknologi yang tinggi dan berada dalam mindset zaman ini,” kritik Denny.
Soal produk budaya lama yang sukses bertahan, Denny memberi contoh komik Spiderman, yang pertama kali terbit di 1962 atau 60 tahun lalu. Sosok Spiderman kini bisa kembali populer.
“Ini karena komik itu diterjemahkan dengan teknologi tinggi, dengan mindset yang sangat sesuai zamannya di masa kini. Maka ia menjadi film Hollywood yang begitu banyak ditonton,” ujar Denny.
Dalam budaya, seperti evolusi, juga ada prinsip survival of the fittest. Budaya yang bertahan adalah yang paling fit atau sesuai dengan zamannya. “Budaya masa lalu yang tidak lagi sesuai dengan zaman akan punah,” bahas Denny.
![]() |
Denny JA |
“Apakah budaya Betawi akan mengalami nasib seperti permainan anak-anak itu?” tanya Denny (dh).
Foto: Istimewa