RCH 155 Jakarta ( Indonesia Mandiri ) – Sistem senjata artileri gerak sendiri kaliber 155mm ternyata kian beragam produksinya. Bukan seja se...
RCH 155 |
Berikut ini beberapa jenis sistem senjata Howitzer Mobile yang merupakan bagian ke-4 dari informasi singkat persenjataan tersebut.
7. RCH 155
Industri militer terkemuka Jerman Krauss-Maffei Wegmann (KMW) memperkenalkan sistem senjata Mobile Howitzer kaliber 155mm, disebut sebagai RCH 155 Self-Propelled Artillery yang pada 14-17 Juni 2022 diperkenalkan dalam pameran persenjataan EUROSATORY 2022 di Perancis. RCH sendiri merupakan kependekan dari Remote Controlled Howitzer.
Unit senjata ini terlihat relatif lebih praktis karena dibuat dengan sistem modular keseluruhannya – platform + senjata. Rancangan dalam bentuk modular dalam arti masing-masing bagian dapat dengan mudah untuk disatukan menjadi satu sistem senjata atau bila diperlukan diganti komponen modul yang diperlukan. Sehingga lebih fleksibel dan interoperability.
Platform menggunakan chassis kendaraan tempur lapis baja multi-peran BOXER 8x8 atau GTK (Gepanzertes Transport Kraftfahrzeug atau Armoured Personnal Carrier). Sebagai pengembangan dari sistem senjata PzH 2000, dengan sistem proteksi yang tinggi.
Senjata howitzer yang digunakan berupa meriam caliber 155mm/L52 yang memiliki kemampuan tembak dengan jarak maksimum 54km. Platform BOXER berupa separuh bagian depan sebagai kendaraan lapis baja BOXER dan bagian belakangnya dijadikan flatbed untuk mengusung kubah berikut senjata howitzernya. BOXER memang sudah dirancang dalam format modular, kabin utama menyatu dengan chassis dan power-train.
Sementara kabin bagian belakang dirancang berbagai versi disesuaikan dengan misi yang akan dijalankan. Awalnya diproduksi oleh industri ARTEC GmbH. (ARmoured vehicle TEChnology), Munchen, yang merupakan anak perusahaan dari Krauss-Maffei Wegman GmbH, bekerjasama dengan industri Rheinmetall MAN Military Vehicle GmbH. Dirancang dan diproduksi untuk keperluan Angkatan Darat Jerman, dengan arahan dari Organisation for Joint Armament Cooperation atau OCCAR.
RCH 155 telah diuji dan didemonstrasikan di medan latihan militer Klietz, Jerman, oleh pihak KMW. Demonstrasi tersebut termasuk saat penembakan howitzer pada posisi diam dan kendaraan sedang bergerak. Termasuk pola penembakan Multirole Rounds Simultanous Impact (MRSI), dimana penembakan berbagai jenis proyektil ditembakkan dari satu meriam dalam sekuen waktu yang cepat. Hasilnya, semua mengenai target dalam waktu yang singkat. Kegiatan tersebut dapat dilakukan berkat perhitungan evaluasi laras dan isian propellant dari setiap penembakan, sedemikian rupa sehingga dampak pada target dicapai melalui perbedaan waktu lintasan proyektil.
Lebih Efisien
Tidak seperti pada Mobile Howitzer yang diusung dengan platform kendaraan taktis truk, dengan penggunaan kendaraan tempur BOXER ini, RCH 155 cukup diawaki oleh tiga personel – pengemudi, Danran dan petugas operator senjata. Dari segi kelincahan gerak, karena memakai platform kendaraan tempur BOXER sehingga kecepatan manuver juga lebih tinggi.
Kubah yang cukup besar berupa 155mm AGM (artillery gun module) dapat menampung bekal munisi yang lebih banyak, dilengkapi dengan autoloader, didukung dengan siste navigasi yang mandiri. Sistem kendali penembakan yang modern dikabin Danran dan pendukung ammunition matrix yang telah disesuaikan dengan jenis munisi standar NATO (kompatibel JBMOU). Azimuth lebih luas mencapai 360 derajat, dan memiliki sistem pengaturan gelar meriam (gun laying) secara otomatis, atau direct laying melalui sarana optical electronic.
Sistem navigasi yang sangat presisi baik dengan dukungan GPS maupun tidak. Sistem pelindung yang dibuat pada RCH 155 ini selain sebagai standar Ranpur BOXER, juga sistem pelindung pada kubah howitzer, dan sistem pendingin maupu pemanas ruangan baik untuk awak kendaraan maupun untuk sistem senjatanya. Selain itu, pada kompartemen mesin dan kabin awak kendaraan juga terdapat sistem pendeteksi kebakaran dan sistem pemadam kebakaran. Dan terakhir, berupa sistem peralatan Built-in test (BITE).
Data Singkat
Jenis meriam: 155mm/52 (Kompatibel JBMoU), dengan kemampuan penembakan rata-rata 9 proyektil per menit.
Rentang gelar meriam: Azimuth: 360 derajat (+/- 200 derajat) dengan enam perubahan tanpa bantuan kendaraan.
Elevasi: dari – 2,5 derajat hingga +65 derajat.
Jarak temur: bergantung pada jenis proyektil, charga dan penggalak (ignition). Misal bisa capai jarak tembak 40 km denganbase-bleed; lebih dari 54 km dengan V-LAP (Very-Long-range Artillery Projectile). Atau jarak lebih jauh lagi dengan proyektil EXCALIBUR. Atau VULCANO.
Pasokan munisi: 30 butir proyektil utama, 144 modular charge (direct access). Ignition programming: inductive programming pada saat proses charging.
Ukuran sistem: Panjang: 10,40 meter, Lebar: 2,99 meter, Tinggi: 3,60 meter.
Bobot tempur: 39 ton.
Mesin kendaraan: Diesel MTU 600 kW/815 HP. Kecepatan jelajah di jalan raya: 100 km/jam.
Jarak tempuh di jalan raya: 700 km.
Jumlah awak sistem: 2 personil.
Pihak produsen berharap RCH 155 merupakan produk baru yang menjadi salah satu alternative pilihan bagi Korps Artileri Medan dalam jajaran Angkatan Darat dari Negara manapun, sebab dalam acara Pameran Persenjataan EUROSATORY 2022 yang lalu RCH 155 cukup mendapat perhatian dari pejabat-pejabat militer dari berbagai Negara, utamanya dari Anggota NATO.
8. ARCHER 155
Salah satu Mobile Howitzer caliber 155mm yang digolongkan sebagai Next Generation Artillery System adalah ARCHER 155mm. Prototype awalnya yang dikembangkan pada 1995.
Archer 155 |
Kemudian Negara Swedia memesan sebanyak 24 unit ARCHER 155. Penyerahan pertama kepada pihak Swedia dilakukan pada 28 September 2015. Awalnya Norwegia juga memesan sebanyak 24 unit, namun karena situasi ekonomi mereka membatalkan pesanan tersebut.
Pihak Pengembang
ARCHER 155 dikembangkan oleh pihak industri militer BAE Systems (BAE Systems Bofors), menggunakan [latform truck Volvo A30D, dioperasikan secara otomatis dengan sekuen waktu yang relative cepat. Memiliki chassis belakang yang sangat panjang, dimana kubah senjata yang dapat berposisi fleksibel terletak pada bagian ujung blakang chassis. Kabin dibuat berlapis baja untuk melindungi personil dari serangan senjata kaliber kecil.
Berita juga menyatakan, BAE Systems mengetengahkan produk ARCHER sebagai response atas Request For Proposals (RFP) dari US Army untuk 155mm wheeled gun system – RFP dirilis pada Juli 2021. Menurut jadwal, pada awal tahun 2023 pihak US Army akan melakukan uji tembak untuk kegiatan evaluasi atas wheeled artillery gun bertempat di Medan Uji Yuma, Arizona, Amerika Serikat.
Sistem senjata mobil howitzer ARCHE sudah dioperasikan oleh Angkatan Darat Swedia, dengan tingkat standar teknis dan pabrikasi yang tinggi. Sistem senjata ARCHER memiliki bobot tempur 33 ton, mulai dirancang pada tahun 1995 menggunakan kannon BOFORS FH77 kaliber 155mm/52.
Platform VOLVO A30D 6x6 All-terrain articulated hauler, memiliki kecepatan 65km/jam dengan jarak tempuh di jalan raya sejauh 500 km. Dapat juga menggunakan platform kendaraan truck taktis MAN 8x8 RMVV HX2 yang memiliki kecepatan dijalan raya hingga 90km/jam dan jarak tempuh 650 km.
Ruang kabin penumpang yang berlapis baja berisi empat personel, normalnya terdiri dari Pengemudi, Danran, dua operaor senjata.
Saat pengoperasian senjata, yang bekerja cukup pengemudi dan satu operator senjata, awak tidak perlu keluar dari kabin saat proses penembakan. Untuk pertahanan diri, diatap kabin terdapat manhole untuk pencapai senjata pertahanan ebrupa senapan mesin berat kaliber 12,7mm (.50), atau pelontar granad otomatis caliber 40mm yang dipasang pada Remote Weapon Station (RWS) seperti PROTECTOR atau CROWS II yang dapat dipasang diatas kabin.
Unit Meriam
Disebut sebagai Cannon caliber 155mm/L52, dapat menembakkan munisi konvensional dengan jarak maksimum 40 km – dengan perpanjangan jarak untuk munisi jenis high explosive, dan 50 km menggunakan munisi Exalibur berpemandu GPS. Bila menggunakan munisi dengan proyektil HVP, howitzer ini dapat menjangkau jarak hingga 93 km.
Sebagai gambaran, howitzer tarik M777 dengan munisi Vulcano buatan Leonardo dapat mencapai jarak tembak hingga 60 km, dan untuk kannon M109A7 (ERCA – Extended Range Cannon Artillery) dapat mencapai jarak tembak hingga 100+km.
Untuk ARCHER dapat juga menembakkan munisi 155mm BONUS Specialized Anti-Armor dengan dua sub-munisi Explosively Formed Penetrator (EEP) untuk menghantam target lapis baja hingga jarak 35 km.
Sebagai pendukung, berupa truck bekal ulang munisi dan perlengkapan yang membawa kontener lepasan berkapasitas 100 butir munisi, yang dapat mendukung bekal ulang munisi dalam waktu lima menit.
Dalam unit ARCHER terdapat kalkulator balistik, penyetel sumbu otomatis untuk proyektil yang bekerja secara elektronis, pemandu penembakan secara digital, sistem komunikasi suara maupun data, pengatur sudut tembak (lintasan dan elevasi), serta pengatur (handling) munisi otomatis yang dapat dioperasikan dari dalam kabin – di kubah senjata tiak terdapat awak senjata.
Pada kubah tersedia 21 butir munisi, untuk penembakan beruntun, kannon hanya memerlukan waktu 20 detik untuk 3 butir munisi, serta penembakan lanjutan 8-9 butir munisi per menit. Atau untuk semua bekal 21 butir munisi dalam waktu 3 menit 30 detik dengan sistem penanganan munisi secara otomatis.
ARCHER memiliki kemampuan pengaturan 6 butir munisi Multiple Round Simultaneous Impact pada target dari berbagai lintasan sudut datang. Ini juga merupakan keistimewaan spesifikasi meriam BOFORS FH 77 155mm/L52, sehingga ARCHER dapat dioperasikan sebagai senjata pertahanan pantai/pesisir untuk menghadapi kapal permukaan – close-in littoral combat ship.
Pertahanan Pantai/Pesisir
Produsen ARCHER yang sudah mendapatkan US Army RFP seperti yang diutarakan sebelumnya, kemungkinan diperuntukan bagi sistem senjata pertahanan pantai/pesisir untuk peran sebagai senjata pertahanan anti-kapal perang permukaan. Sistem tersebut diminati juga oleh pihak USMC, dan beberapa Negara anggota NATO.
Apabila digelar sebagai sistem pertahanan pantai/pesisir, grup batere ARCHER dapat melaksanakan penembakkan ‘over the horizon’ dengan dukungan remote sensor radar, baik yang berbasis di darat, dikapal laut atau pada pesawat udara, atau bahkan dari drone.
Epilog edisi 4, seperti dipahami, saat ini banyak pihak Angkatan Bersenjata sedang merancang dan/atau mendalami konsep pertahanan pantai/pesisis dengan memanfaatkan siste senjata Mobile Howitzer, atau disebut juga sebagai konsep “155mm Wheeled Gun System for Navy and Marine Littoral Warfare”. Apakah Negara-negara yang memiliki garis pantai/pesisir juga akan mengikuti sistem gelar pertahanan semacam ini? M.ALI Haroen
Foto: Istimewa