Pionir Kedirgantaraan Dari Tanah Borneo
Jakarta (Indonesia Mandiri) – Saat menempuh sekolah menengah tinggi teknik atau Kogyo Senmon Gakko di Sawahan, Surabaya, Karena Terinspirasi majalah kedirgantaraan Vliegwereld yang berbahasa Belanda, saat masa kekuasaan Jepang, Nurtanio mendirikan perkumpulan Junior Aero Club, dan tak dinyana bertemu RJ Salatun dan Iswahyudi.
Sepulangnya dari pendidikan Far Eastern Air Transport Incorporated (FEATI), di Manila, Filipina, ia menerima dana bantuan dari Polandia sebesar US$ 1,5 juta untuk digunakan sebagai eksperimen Depot Penyelidikan, Percobaan dan Pembuatan AURI.
“Nurtanio mengubah sepenuhnya dari pesawat yang sudah ada, bukan sekadar pesawat yang bisa terbang, tapi bisa aerobatik.”
Bersama Wiweko Soepono, Nurtanio membuat pesawat layang Zogling NWG (Nurtanio-Wiweko-Glider) pada tahun 1947. Ia membuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia yang dinamai Sikumbang, disusul dengan Kunang-kunang (mesin VW) dan Belalang, dan Gelatik (aslinya Wilga) serta mempersiapkan produksi F-27.(FM)
Foto: Istimewa