Seoul/Korsel (Indonesia Mandiri) – "Desa wisata telah terbukti menjadi bentuk terbaik wisata berbasis masyarakat yang inklusif. Desa wisata sebagai ba
Ni Wayan Giri Adnyani, Sestama Kemenparekraf di Seoul |
Giri memperkenalkan potensi desa wisata di Indonesia, dimana sebelumnya mempromosikan hal serupa pada forum internasional UNWTO, di Maldives. Desa wisata merupakan kebijakan konkrit, dengan implementasi ramah lingkungan berdasar pada CHSE (cleanliness, health, safety and environment sustainability).
Jadi, ini sekaligus menyatu dalam mendorong kampanye #InDonesiaCare dan juga safe tourism, untuk menjaga destinasi wisata tetap menerapkan dasar-dasar protokol kesehatan, sehingga menghadirkan kenyamanan dan keamanan berwisata.
Pada program desa wisata, Kemenparekraf mengintegrasikan akomodasi lokal, daya tarik, dan saling melengkapi di bawah tata kelola desa dengan kearifan lokal. Program ini terbukti meningkatkan mata pencaharian masyarakat desa, seperti yang ditunjukkan di Desa Wisata Penglipuran di Bali, di mana desa tersebut mampu menghasilkan lebih dari 1,45 juta dolar AS pendapatan pada 2020.
Kemenparekraf pun mendorong peningkatan kapasitas SDM yang terampil di desa wisata melalui program reskilling, upskilling, sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik dan berdaya saing.
“Kami juga dari Kemenparekraf bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan yaitu masyarakat (lembaga masyarakat/masyarakat), pemerintah, industri, akademisi, dan media (sebagai katalisator) untuk terus meningkatkan kualitas SDM pariwisata,” ulas Giri.
Kehadiran Desa wisata terbukti memberdayakan masyarakat setempat |