– Musik dangdut telah meluaskan pengaruhnya ke sejumlah negara tetangga di kawasan ASEAN. Bukti konkretnya, adanya ajang "Akademi Dangdut" di Indosiar
![]() |
M. Sofyan, Direktur Program Ma'arif Institute |
Hal itu dinyatakan Mohammad Shofan, Direktur Program Ma’arif Institute, dalam Webinar di Jakarta (14/4).
Webinar diinisiasi Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA dan dipandu Amelia Fitriani dan Elza Peldi Taher.
Mohammad Shofan mengungkapkan, keberhasilan dangdut menjadi musik yang diterima semua kelompok masyarakat Indonesia sangat tepat karena karakter bunyi musiknya.
Dangdut lazimnya tidak hanya mengundang pendengarnya untuk ikut menyanyi, tetapi juga untuk berjoget.
“Ini berbeda sekali dengan misalnya, sebagai sekadar pembanding, lagu keroncong.
Jadi, dangdut menawarkan hiburan yang lebih lengkap. Karena lebih semarak dan lebih hidup,” jelasnya.
Ditambahkan Shofan, pada tingkat perkembangan seperti inilah, rupanya dangdut bahkan kemudian menarik minat sejumlah masyarakat dari negara lain di seputar ASEAN. Yakni, mereka yang memiliki karakter budaya mirip dengan masyarakat Indonesia.
Seiring dengan keberhasilan dangdut untuk tampil sebagai inovasi musik yang "terhormat" di panggung nasional, belakangan lahirlah "dangdut etnik." Ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari "dangdut Rhoma Irama."
Menurut Shofan, kini bicara tentang dangdut tak akan ada tepinya. Dangdut sudah menjadi "music of my country," seperti terungkap dalam lirik sebuah lagu. Ini menunjukkan jenis musiknya sudah diakui keunikan serta keindonesian-nya (lw).