Pasca reformasi 1998 kian marak cendekiawan terlibat dalam politik. Apakah ini pertanda menariknya “bermain” dengan pihak penguasa? Karena bisa menjad
Jakarta (IndonesiaMandiri) – Pasca reformasi 1998 kian marak cendekiawan terlibat dalam politik. Apakah ini pertanda menariknya “bermain” dengan pihak penguasa? Karena bisa menjadi bagian dari kekuasaan, masuk parpol, menjadi konsultan, anggota parlemen, penghasilannya lumayan. Atau, sekaligus berada di luar menjadi pengritik pemerintah.