“Jadi 22 Desember itu adalah awalnya hari perjuangan perempuan Indonesia melawan penjajah,” ucap Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia SA
Suasana kongres pertama perempuan Indonesia di Yogya pada 22 Desember 1928 |
Karena pada 22 Desember 1928 ada Kongres Perempuan pertama di Yogyakarta, hanya berselang dua bulan dari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Kongres itu diikuti lebih dari 600 perempuan dari berbagai kota, yang mewakili 30 organisasi. Mereka membuat organisasi yang lebih besar, yang bernama Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII).
Ditambahkan Denny, dalam kongres tersebut hadir pula wakil-wakil dari Boedi Oetomo, PNI, PSI, Jong Java, Muhammadiyah dan organisasi pergerakan lainnya. Ini yang membuat sejarah Hari Ibu di Indonesia memiliki makna berbeda dengan di negara lain. Katakanlah dengan di Amerika Serikat (AS). Di AS sejarah awal Hari Ibu memiliki pesan perdamaian.
“Pada 1870 di Amerika Serikat, dideklarasikan Mother’s Day Proclamation. Pada awal Hari Ibu itu, diserukan kepada para ibu untuk membujuk suami dan anak lelakinya agar mereka tidak pergi berperang,” jelas Denny dalam webinar bertajuk “Ibu Dalam Budaya Indonesia,” dengan nara sumber penulis, penyair, yang juga dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Nenden Lilis Aisyah.
Denny JA |
Foto: Istimewa