Tiga desa wisata Indonesia terpilih dalam ajang “UNWTO Best Tourism Villages 2021”. Yaitu Desa Wisata Nglanggeran, Gunung Kidul, DIY Yogyakarta; Desa
Keunikan Desa Wae Rebo sering disebut surge diatas awan |
Ketiga desa ini siap beradu keindahan dengan desa wisata di berbagai belahan dunia. Saingannya pun cukup berat dan sudah terkenal secara global, antara lain Murcia (Cehegin), Spanyol; Alonissos, Westerb Samos, dan Soufli yang mewakili Yunani; serta desa wisata dari Asia Tenggara seperti Vietnam, Filipina, Thailand, Malaysia, Kamboja, dan masih banyak lagi.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Menparekraf Sandiaga dalam keterangannya di Jakarta (1/11) menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada ketiga desa yang berhasil mewakili Indonesia di ajang UNWTO (United Nations World Tourism Organization) Best Tourism Villages 2021.
“Mudah-mudahan ini menjadi langkah kita bersama dalam menjadikan desa wisata di Indonesia sebagai pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, dan mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat,” harap Sandiaga.
Desa Wisata Nglanggeran, di Kecamatan Patuk, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di kawasan Gunung Api Purba menjadi daya tarik terbesar dari desa wisata ini. Gunung Api Purba sendiri adalah bagian dari Geopark Gunung Sewu (geopark yang diakui oleh dunia).
Desa Wisata Tetebatu, berada lembah Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di sini, wisatawan bisa melihat pemandangan Gunung Sangkareang dan Gunung Rinjani. Selain indahnya hamparan sawah terasering, yang paling menggoda dari desa ini adalah dua air terjunnya, yakni air terjun Sarang Walet atau Bat Cave dan air terjun Kokok Duren serta ada peninggalan Alquran kuno berusia 200 tahun, terbuat dari bahan kayu dan kulit onta, konon merupakan asli tulisan tangan.
Tiga desa Indonesia dengan keunikannya akan bertarung di forum dunia/UNWTO |
Desa Wae Rebo, sering disebut sebagai surga di atas awan, karena letaknya berada di atas ketinggian 1.000 mdpl. Untuk bisa sampai ke tempat ini, kita perlu tracking menyusuri jalan setapak, membelah hutan hingga menyusuri sungai sejauh 6 kilometer. Wisatawan harus mempersiapkan kondisi tubuh yang bugar, karena di mulai awal pendakian, langsung disuguhkan dengan tanjakan yang tiada henti. Namun, setibanya di Desa Wae Rebo, rasa lelah itu terbayar.
Wisatawan disuguhi tujuh rumah adat yang menjadi ikonik dari Desa Wae Rebo, yakni Mbaru Niang, yang berbentuk kerucut. Selain itu, hamparan rumput hijau, yang dikelilingi pegunungan lengkap dengan kabut juga menjadi pesona desa. Sehingga memberikan kesan magis, namun damai, tenang, dan sejahtera (ma/ews).