Peran teknologi dalam dunia kemiliteran semakin pesat berkembang, demikian juga dalam kedirgantaraan militer. Salah satu sarana tempur padat teknologi
Pesawat serbu Elektronika Australia EA-18G. Dikembangkan dari F-18 Hornet. |
Electronic Attack (EA) menggunakan transmisi enerji frequensi radio untuk mengganggu operasional dari frequensi sistem radio lainnya. Ini merupakan esensi dari jamming, baik bagian dari radar atau sistem komunikasi, dan memastikan bahwa si penerima komunikasi tidak mendapatkan sinyal yang dibutuhkan. Seperti halnya kecabangan peperangan elektronika lainnya, EA di peruntukan untuk mengkonter ancaman elektronika lainnya.
Aplikasi yang klasik termasuk pengacauan frequensi pengawalan udara, peran pesawat udara yang dilengkapi dengan paket penyerbuan, membawa system jamming yang kuat untuk membutakan radar saat sistem pertahanan udara lawan berintegrasi untuk menutupi lalu-lintas jalur informasi.
Pendekatan alternatif adalah melakukan jamming jarak jauh dengan mengerahkan pesawat EA yang lebih besar dan mampu terbang dalam waktu lebih lama, beroperasi diluar jangkauan persenjataan anti serangan udara lawan, dengan target radar pertahanan udara dan jalur komunikasinya. Untuk aplikasi ini, sistem ESM memiliki kemampuan geolocation yang akurat, karena kekuatan jamming harus terkonsentrasi pada jalur frekuensi yang relatif sempit pada jarak yang jauh.
Kawal/Dukungan Jammer
Salah satu sistem jammer di pasang pada pesawat udara adalah sistem pod jammer dari Northrop Grumman AN/ALQ-99/. Kini, sistem tersebut telah mengalami beberapa kali penyempurnaan. Sistem tersebut antara lain di pasang pada platform berupa pesawat EA-6B Prowler dan EA-18G Growler, yang saat ini pod jammer-nya telah diganti dengan Next Generation Jammer (NGJ) AN/ALQ-249, dirancang dengan kekuatan 10 kali lebih kuat dan meningkatkan kemampuan kerjanya empat kali lebih luas.
Dengan NGJ ketepatan dan kecepatan kerja lebih besar dengan kemampuan kecepatan reaksi yang tinggi, menggunakan transmitter Active Electronically Scanned Array (AESA) utuk membentuk pancaran jamming yang lebih handal.
Angkatan Laut Amerika Serikat telah memilih Raytheon untuk memimpin pengembangan pertama NGJ yang mengalahkan Northrop Grumman ALQ-99 pada 2013 lalu. Pengembangan yang termasuk untuk menyasar target band-rendah dan –tinggi guna mampu menghadapi ancaman yang timbul dimasa mendatang.
Rencana investasi di fiskal 2019 difokuskan pada produksi gallium nitride monolithic microwave integrated circuits dan teknologi wideband circulator. Keduanya merupakan komponen utama dari sistem AESA, komponen pertama yang dirangkai berupa elemen transmitter/receiver, lalu yang kedua berupa seluruh system high-power microwave dan jaringan antenna dimana enerji haris diarahkan dan di isolasi.
Produsen Saab asal Swedia sedang menyelesaikan tahap akhir pengembangan pod pesawat sistem kawal/pendukung jamming di pesawat Gripen E serta jenis jet lainnya. Dikembangkan dari inti teknologi sama dengan sistem peperangan elektronika Arexis yang terintegrasi secara internal dengan pesawat Gripen E, sistem di rancang untuk melindungi datangnya pendekatan maupun keluaran seluruh formasi serangan terhadap radar anti-stealth frequensi rendah.
Inti teknologinya adalah ultra wideband digital receiver dan perangkat DRFM (Digital Radio Frequency Memory), gallium nitride solid-state AESA transmitters and interferometric direction finding system.
EA terhadap radar frequensi rendah akan membutuhkan tenaga sangat tinggi, perangkatnya cukup makan tempat dan berat untuk di pasang secara permanen pada platform pesawat tempur. Oleh karenanya dibuatlah dalam bentuk pod yang dapat dipasang dan dilepas dengan mudah. Perancangan sistem ini juga ditujukan untuk menghadapi radar dengan teknik DRFM-based jamming seperti smart noise, coherent false target dan teknik saturasi. Dua pod pada satu unit pesawat tempur akan memberikan perlindungan seluruh formasi terbang.
Pihak Saab mengatakan, untuk melakukan jamming pada radar surveillance secara efektif, tak saja dilakukan pada bagian inti arah deteksi radar, tetapi juga bagian sisi sekitarnya. Sehingga diperlukan tenaga yang besar. Itu sebabnya dibutuhkan dua pod pada satu pesawat, karena system beroperasi pada frequensi band yang berbeda, satu pada mode VHF dan lainnya pada UHF L-band.
Keniscayaan padat teknologi dalam kemiliteran tentunya juga menuntut kemampuan personel yang akan mengoperasikan peralatan tempur yang mendukungnya (Muhammad Ali Haroen).