Karangasem/Bali (IndonesiaMandiri) – Kain tenun Gringsing menjadi salah satu produk ekonomi kreatif khas Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Kabupaten
Pembuatan Kain Gringsing memakan waktu cukup lama dan rumit |
Selain sebagai bentuk promosi, serta agar Kain Tenun Gringsing kian dikenal dunia. Hal ini diharapkan memberikan dampak ekonomi yang besar dengan terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat desa wisata Tenganan Pegringsingan. Seperti diketahui, pandemi COVID-19 memberi dampak yang besar dengan menurunnya produksi kain tersebut oleh masyarakat.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, saat melakukan visitasi 50 Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali (24/9) mengatakan, hal ini sebagai solusi langsung yang diberikan pihaknya dalam upaya membangkitkan kembali pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Desa wisata Tenganan Pegringsingan ini menerapkan konsep community based tourism. Kita datang ke sini untuk menghadirkan solusi. Tadi Ibu Susi, salah satu pengrajin kain gringsing mengatakan omzetnya turun semenjak pandemi. Sekarang langsung mendapat pesanan dari Kemenparekraf sebanyak 120 kain," kata Menparekraf.
Kain Tenun Gringsing adalah salah satu warisan budaya kuno Bali yang masih bertahan sampai saat ini, dikenal dengan proses pembuatannya begitu rumit sehingga membutuhkan waktu cukup lama. Proses tenunnya membutuhkan waktu sekitar dua bulan. Untuk motif ikat gandanya, memerlukan waktu yang lebih lama. Karenanya kain ini memiliki harga jual cukup tinggi.
Dalam proses pewarnaannya, kain gringsing tidak bisa memiliki warna yang pekat dan tahan lama apabila tidak diberi warna yang dihasilkan oleh minyak kemiri. "Nantinya kain-kain yang dihasilkan masyarakat akan dijadikan souvenir bagi kontingen atau peserta G20. Diharapkan bisa membuka lapangan kerja bagi 400 orang masyarakat desa,” jelas Sandiaga.
Produk Kain Gringsing akan diusulkan untuk diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda |
“Karena kain ini sudah mendapat warisan budaya dari Kemendikbud Ristek. Kita akan turunkan tim untuk mulai menata agar bisa didaftarkan sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO, jadi yang nasional sudah dan ini seiring dengan desa wisata Tenganan berkelas dunia,” terang Sandiaga (ma/ad).