Jakarta (IndonesiaMandiri) – “Saya minta pada teman-teman sekalian, meskipun ada penurunan dibandingkan dengan minggu pertama penerapan PPKM, tren pen
Tingkat kematian masih tinggi dan banyak pasien isoman yang kondisinya sudah parah |
Dengan mempertahankan penurunan mobilitas dan aktivitas, maka akan mendorong penurunan penambahan kasus. Hal tersebut didasari pada variabel laju transmisi kasus, respon kesehatan dan kondisi sosiologis masyarakat.
“Dengan menggunakan dasar tersebut, akan menjadi bahan evaluasi penurunan level PPKM pada suatu daerah,” tambah Luhut. Oleh karena itu, dia meminta semua kepala daerah di wilayah Jawa dan Bali untuk terus memperketat dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai protokol kesehatan (prokes).
Luhut memaparkan tren penurunan indeks komposit yang signifikan pada wilayah DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jadi, sebagaian besar wilayah telah melewati puncak kasus dan mulai mengarah menurun. Namun yang perlu diwaspadai adalah tingginya angka kematian.
“Terkait Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, saya minta buatkan laporan khusus penyebab tingginya angka kematian. Berikan juga usulan upaya untuk menurunkan angka kematian tersebut,” minta Luhut saat rapat evaluasi PPKM Darurat dengan Kementerian/Lembaga terkait (23/7).
Ia memberi contoh menarik dari langkah mitigasi oeh salah satu pabrik rokok di Kudus, Jawa Tengah dapat ditiru oleh wilayah lain. “Mungkin apa yang dilakukan di pabrik itu bisa jadi model, dimana industri sudah jalan dua shift tapi protokol kesehatan tetap dijalankan," kisah Luhut.
Personil TNI terus diterjunkan untuk memutus mata rantai sebaran Covid-19 |
Dirinya menjelaskan penerapan prokes yang wajib dimiliki adalah adanya Satgas Covid, tersedianya fasilitas dan tenaga kesehatan di tempat kerja, menyusun panduan kedatangan dan kepulangan pegawai, pengaturan shift dan aktivitas lain yang mengakibatkan kerumunan, serta melarang pekerja yang sakit untuk bekerja.
Selain pelaksanaan PPKM, Luhut juga soroti penanganan pasien yang melakukan isolasi mandiri (isoman). “Saya kira penanganan pasien yang isolasi mandiri itu perlu diperhatikan, karena pada umumnya yang dibawa ke rumah sakit sudah pada level yang parah,” terangnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membenarkan hal itu. Dari laporan yang diperolehnya melalui kontak telepon dengan beberapa dokter perawat pasien Covid-19, pasien dibawa ke RS sudah dalam kondisi parah. "Pasien yang tidak tertolong itu umumnya masuk RS sudah terlambat, saturasi oksigennya hanya 70 atau 80," bebernya. Sementara, lanjutnya, masa inkubasi dan masa sakit penderita Covid-19 Varian Delta relatif cepat.
Terkait hal ini, Menkes akan berkoordinasi dengan pihak Puskesmas untuk melengkapi fasilitas oximeter. “Jadi kalau saturasinya masih di atas 94 itu masih aman untuk melakukan isoman di rumah dengan catatan tidak bergejala. Tetapi kalau bergejala dan saturasinya di bawah 94 harus segera dirawat di lokasi isoter atau RS yang memiliki fasilitas alkes dan nakes,” ungkap Budi.
Terkait isoman, Luhut minta Panglima TNI siapkan testing dan tracing yang akan dimulai pekan depan (26/7) di tujuh wilayah aglomerasi di Jawa -Bali. Targetnya, minimal pengetesan dan pelacakan dilakukan pada delapan kontak erat per pasien yang dicapai dalam 2 minggu ke depan. "Kalau bisa, TNI segerakan proses testing, agar kita bisa membawa penderita ketika saturasi masih diatas 80 sehingga mereka masih bisa tertolong," harapnya (ma).