"Sebagai negara anggota G20, kita memiliki tanggung jawab menjadi katalis global untuk mengatasi tantangan lingkungan dan pemulihan berkelanjutan mel
Sederet aksi nyata Indonesia dalam benahi lingkungan perlu diketahui masyarakat dunia |
Siti memaparkan, jika Pandemi COVID-19 telah merintangi upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goal (SDGs) dari masing-masing negara di dunia. Jadi, kedepan, negara anggota G20 sebagai 20 kekuatan terbesar dunia diharapkan dapat merumuskan rencana pembangunan berkelanjutan yang lebih ambisius.
Agar negara G20 dapat menyelesaikan tantangan lingkungan secara seimbang dan holistik, tambah Siti, sambil membangun dunia pasca pandemi yang lebih tangguh dan inklusif berdasarkan keadaan dan prioritas kebangsaan masing-masing. Karena G20 dapat menjadi katalis yang mempercepat pemulihan lingkungan dan mendorong pembangunan berkelanjutan lebih baik.
Ia pun menekankan kepada para Menteri Lingkungan negara-negara anggota G20, Indonesia tidak hanya mengajak, namun juga menerapkan ambisi sangat kuat dalam upaya mencapai SDG melalui aksi kongkrit yang sudah memperlihatkan hasil dalam perlindungan sumber daya alam nasional.
"Data menunjukkan laju deforestasi Indonesia pernah mencapai 3,5 juta hektar per tahun antara tahun 1996 dan 2000. Lalu turun menjadi 0,44 juta pada 2019 dan semakin berkurang menjadi 0,115 juta hektar pada tahun 2020. Kami telah mencapai rekor terendah laju deforestasi," papar Siti.
Aksi konkrit lain disebutkan Siti, diantaranya program memperbaiki lahan terdegradasi dengan mempercepat upaya rehabilitasi. Target pada 2030 dapat tercapai net zero land degradation. "Untuk memulihkan lingkungan dan ekosistem, Indonesia telah merehabilitasi lahan kritis secara signifikan, antara lain selama 5 tahun terakhir, seluas 1,42 juta hektar telah dipulihkan dan tambahan target 600 ribu hektar mangrove hingga tahun 2024," tambahnya.
Menteri LHK Siti Nurbaya saat paparan dengan anggota negara G20 secara virtual |
Indonesia juga digarisbawahi Siti tengah mengatur ekosistem karbon biru melalui peningkatan pengelolaan Indonesian Seas Large Marine Ecosystem (ISLME). Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia Indonesia juga telah mengeluarkan peraturan untuk memanfaatkan sumberdaya kelautan secara berkelanjutan.
Dalam upaya mewujudkan kota berkelanjutan, Indonesia sudah efektif melaksanakan Roadmap Nasional Ekonomi Sirkular 2020-2024, dan meluncurkan Kebijakan dan Strategi Nasional untuk Pengelolaan Sampah di seluruh Indonesia periode 2017-2025. "Semoga 100% sampah kita bisa dikelola dengan baik pada tahun 2025, yaitu 30% dikurangi dan 70% dikelola secara sistematis," harap Siti.
Siti mengajak semua negara anggota G20 untuk melakukan aksi kolektif dan global kemitraan bersama-sama jika ingin mengatasi tantangan lingkungan global. Karena aksi nasional saja tidak cukup (ma).