"TWA (Taman Wisata Alam) harus kita jaga dan lestarikan bersama, termasuk di dalamnya menjamin keamanan dan kepastian batas kawasannya. Diperlukan aks
Konsep semi wild beri pembelajaran kepada masyarakat untuk memelihara alam |
Rencana pengembangan fasilitas semi wild pengelolaan satwa di TWA Punti Kayu, dibahas khusus dalam Diskusi Kelompok Terarah (FGD) oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan di TWA Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan (26/5). Konsep semi wild bertujuan memberi edukasi kepada masyarakat umum mengenai pengelolaan satwa di luar habitatnya, dengan membangun fasilitas buatan mirip dengan habitat alami satwa.
Namun demikian, kegiatan interaksi antara manusia dan satwa pada fasilitas semi wild tetap dibuat dengan memenuhi prinsip dan kaidah etika kesejahteraan satwa (animal welfare). Kepala BKSDA Sumatera Selatan, Ujang Wisnu Barata mengungkapkan, “FGD ini merupakan awal, dalam rangka mengeksplorasi ide dan kesiapan Balai KSDA Sumatera Selatan dalam konteks penyiapan ruang dan mitra potensial pendukung pengembangan semi-wild.”
Beberapa masukan penting dari peserta FGD antara lain: tidak memperagakan ataupun mempertontonkan dalam aspek edukasi bagi pengunjung dan masyarakat tentang pengelolaan satwa. Membangun dan mengoptimalkan pusat informasi termasuk publikasi melalui media sosial, lalu mengintegrasi antara ruang usaha dengan blok pengelolaan selain blok pemanfaatan yang ada di TWA Punti Kayu. Serta pengembangan areal transit satwa dan rescue flora untuk kepentingan rilis/ pelepasliaran di resor kota.
Selain itu, pemilihan jenis satwa untuk semi-wild, yaitu jenis yang tidak beresiko terhadap pengunjung, misalnya rusa dan burung, dukungan kajian ilmiah terhadap nilai eksistensi TWA Punti Kayu dan fasilitasi untuk duduk bersama dan dukungan para pihak dalam pengelolaannya karena sangat strategis dan merupakan aset penting bagi kota Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan.
Sementara Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem/KSDAE-KLHK, Wiratno, juga memberi beberapa masukan, yaitu area yang kondisinya masih bagus agar dipertahankan, perbaikan sarpras di ruang usaha menjadi kewajiban pemegang ijin. Dan, area transit satwa dan rescue flora dilengkapi fasilitasnya agar menjadi edukasi pengunjung tentang bagaimana merawat satwa transit sampai melepasliarkan. Pentingnya membangun pusat informasi serta pengembangan berbagai alternatif paket atraksi dan edukasi pengunjung di TWA Punti Kayu.
Dalam FGD ini, sebanyak sepuluh individu burung tekukur (Spilopelia chinensis) dilepasliarkan langsung oleh Dirjen KSDAE di TWA Punti Kayu, yang menjadi habitat alaminya (ma).