Jakarta (IndonesiaMandiri) – Nusantics, perusahaan genomics technology berdiri pada 2020 dengan visi menjaga biodiversity atau keanekaragaman hayati d
Masa pandemi sangat mempengaruhi sekali pola makan manusia |
Riset Nusantics dilakukan saat pandemi Covid-19 sedang berlangsung. Banyak sekali perubahan dan adaptasi kebiasaan baru yang dilakukan. Mulai dari cara bekerja, bersosialisasi, menjalankan kehidupan sehari-hari hingga menggeluti hobi. Pandemi telah mengubah persepsi dan pola pikir kita bahwa kesehatan merupakan prioritas utama yang harus dilakukan agar imunitas tetap terjaga. Selain itu, intensitas penggunaan masker yang tinggi menyebabkan sejumlah masalah kulit di area sekitarnya.
Nusantics sebagai salah satu perusahaan nasional yang tergabung dalam gugus tugas penanggulangan pandemi CoVid-19 dan dipercaya oleh BPPT untuk merancang desain utama purwarupa qPCR test kit COVID-19 berbasis strain virus lokal, melihat pentingnya kebutuhan untuk menjaga imunitas dan kesehatan.
Sehingga, Nusantics bekerjasama dengan Burgreens meneliti pola makan bervariasi dan hubungannya dengan kesehatan kulit. Startup bioteknologi ini menemukan fakta menarik dari hasil penelitian yang dilakukan bersama dengan perusahan plant-based food chain tersebut, kepada kurang lebih 166 orang dengan rentang usia 25 - 35 tahun.
Adapun sampel penelitian dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kriteria kelompok orang yang memiliki pola makan bervariasi dengan mengonsumsi lebih dari 8 jenis sayuran, buah dan protein (nabati & hewani) per hari dan kelompok orang yang mengonsumsi kurang dari 8 jenis makanan yang disebutkan per hari.
Revata Utama selaku co-founder dan CTO Nusantics mengatakan, hasil penelitian menunjukan, kelompok orang dengan pola makan bervariasi baik dari sumber nabati dan hewani berdurasi minimal 6 bulan memiliki kondisi kulit lebih tangguh terhadap serangan penyakit. Sedangkan sisanya, yaitu yang mengonsumsi variasi makanan nabati kurang dari 8 jenis per hari, cenderung rentan terhadap gangguan imunitas dan penyakit kulit seperti jerawat, mudah iritasi dan kemerahan.
Konsekuensinya, makanan yang kita konsumsi sangat mempengaruhi kondisi microbiome usus, kesehatan secara umum dan imunitas kulit. Nusantics percaya, kondisi microbiome dapat tetap terjaga apabila kita dapat mengubah pola makan menjadi lebih bervariasi dengan memperbanyak konsumsi dari sumber nabati seperti gado-gado, pecel, rujak, urap dan sejenisnya. Sumber makanan nabati dengan berbagai olahan yang lezat dan kekinian juga sudah dapat ditemukan di pasaran, salah satunya Burgreens yang menjadi pioner dalam industri plant-based food chain.
Untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi microbiome kulit seperti dalam penelitian tersebut, Nusantics menyediakan layanan Biome Scan, yaitu analisa profil microbiome kulit pertama di Indonesia. Layanan analisa profil microbiome tersebut bisa didapatkan di Nusantics Hub, Senopati Jakarta. Sebagai perusahaan berbasis bioteknologi, Nusantics juga tengah mengembangkan riset untuk menganalisa kondisi microbiome di air, tanah, dan- udara yang dapat dimanfaatkan untuk memahami kondisi lingkungan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut (ma).