"BATAN (Badan Tenaga Nuklir nasional) sejak lama telah berkolaborasi dengan IAEA (International Atomic Energy Agency) dalam penggunaan energi nuklir u
Sampah plastik yang sering mengotori laut dan sekitar pantai |
Siti memenuhi undangan dari Direktur Jenderal International Atomic Energy Agency (IAEA) untuk menjadi pembicara pada IAEA High Level Round Table Discussion for The Asia and the Pacific Region “NUTEC Plastic: Atoms Contributing to the Search for Solutions to Plastic Pollution” yang dilaksanakan secara virtual (18/5).
IAEA tengah mengembangkan program Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (NUTEC Plastic) untuk mendukung negara anggotanya mengintegrasikan teknologi nuklir dan turunannya dalam menjawab permasalahan limbah plastik. Tujuan program NUTEC Plastic untuk meningkatkan kesadaran global atas meningkatnya jumlah timbulan dan dampak limbah plastik di lautan.
Selain itu, program ini juga bertujuan meningkatkan metode produksi dan daur ulang plastik melalui penggunaan teknik radiasi sebagai komplemen atas praktek produksi yang telah ada. IAEA meminta Indonesia menjadi Pilot Country bagi 3 fase demonstration project NUTEC Plastic, yaitu penguatan penanganan limbah plastik di sektor hilir, pembangunan demo plant, dan upstreaming pemanfaatan teknologi iradiasi penanganan limbah plastik.
Siti menyampaikan komitmen Indonesia untuk mengurangi timbulan sampah plastik, termasuk sampah plastik laut. Dirinya menjelaskan, dalam kurun waktu 3 tahun, sampah plastik laut telah berkurang dari 615 ribu ton pada tahun 2018 menjadi sekitar 521 ribu ton pada Desember 2020.
"Artinya, total sampah plastik laut di Indonesia berkurang sebesar 15,3% baik untuk kegiatan di darat maupun yang berbasis di laut. Kami akan terus meningkatkan upaya untuk mengurangi jumlah timbulan sampah sebesar 25,9% pada akhir tahun 2021 dan sebesar 38,5% pada akhir tahun 2022," terang Menteri Siti.
Mulai 2020 hingga 2024, sambung Siti, BATAN akan mengkaji dan melakukan penelitian pengembangan komposit plastik yang terbuat dari komposit serat selulosa dan mikroplastik radio-trace serta radioekologi akuatik. "BATAN sejak lama telah berkolaborasi dengan IAEA dalam penggunaan energi nuklir untuk penggunaan damai, yang kemudian menjadikan IAEA menunjuk BATAN sebagai pusat kolaborasi untuk makanan dan industri. Selanjutnya, BATAN akan terus mengkaji dan meneliti komposit plastik kayu dengan menggunakan serat berbasis kelapa sawit," ungkap Menteri Siti.
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN juga telah menyiapkan dokumen rencana implementasi proyek NUTEC Plastic sebagai dasar endorsement bagi Indonesia menjadi pilot country. Melalui program ini diharapkan penggunaan iradiasi (polimerasi) dalam daur ulang limbah plastik dapat dikembangkan lebih lanjut melalui sektor industri pada skala ekonomi.
Indonesia juga telah mendirikan Regional Capacity Center for Clean Seas (RC3S) di Bali pada 2019, untuk mendorong penguatan inisiatif internasional dalam perlindungan ekosistem laut dari sampah plastik. RC3S juga diharapkan dapat menjadi pusat pengetahuan internasional tentang sampah plastik di laut. Intinya, Indonesia siap menjadi salah satu proyek percontohan IAEA (ma).
Foto: abri