“Murid-murid ditempat Oktavianus mengajar sangat merasa kehilangan. Mereka sangat dekat dengan Oktavianus bahkan sambil menangis mereka ikut mendoakan
Jenasah kedua Guru saat dievakuasi warga bersama aparat keamanan |
Aksi Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) yang membunuh dua orang tenaga pendidik (guru) Oktavianus Rayo (42) dan Yonathan Renden (28) serta membakar Komplek Guru dan Sekolah di Kampung Julugoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua mendapat kecaman dari berbagai kalangan masyarakat. Termasuk dari Bupati Kabupaten Puncak Wilem Wandik.
“Guru dan tenaga medis adalah pejuang kemanuasiaan mereka sepatutnya mendapat perlindungan,” jelas Wandik, beberapa waktu lalu. Berbagai kalangan masyarakat mengutuk tindakan biadab KSB ini. Wandik mengatakan, penembakan terhadap guru ini merupakan kasus pertama sejak dirinya menjabat sebagai Bupati.
Bupati berharap, kedepan tak ada lagi kasus serupa mengingat keberadaan guru sangat dibutuhkan untuk meningkatkan SDM di Kabupaten Puncak. Lebih miris lagi, salah seorang guru yang dibunuh KSB, Yonathan Renden, diketahui meninggalkan seorang anak berumur 2 tahun 6 bulan. Hingga akhir hayatnya, Yonathan belum pernah menemuinya sejak sang anak lahir.
Yonathan selama ini bertugas sebagai guru honorer di SMPN 1 Beoga, di Tongkonan Ra'be, Lembang Batulimbong, Kecamatan Bangke-Lekila. Jenazahnya dibawa ke kampung halamannya di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Istri Yonathan tak kuasa menahan tangisnya ketika melihat peti jenazah sang suami. Ia bahkan terlihat ambruk sehingga harus dipapah oleh kerabatnya (ma).