Yogyakarta (IndonesiaMandiri) – Usai mengunjungi Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Borobudur, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Inv
![]() |
Menko Marves Luhut (kedua dari kiri) bersama Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Menhub Budi Karya Sumadi |
Tampak bersama Luhut, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Bupati Kulon Progo Sutejo (12/3).
Provinsi DIY memiliki pantai samudera Indonesia sepanjang kurang lebih 110 kilometer dengan potensi sumber daya perikanan yang besar. Sayangnya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, dibuatlah kawasan pantai PP Tanjung Adikarto seluas 16,5 hektar di Pantai Glagah, yang lokasinya mudah diakses dan daerah pengaruhnya (hinterland) sangat baik.
"Penyelesaian masalah di kawasan Pelabuhan Adikarto harus terintegrasi dengan penanganan di Bandara Internasional Yogyakarta dan kawasan di sekitarnya," jelas Luhut. Pemprov DIY sudah sepakat untuk mengintegrasikan perencanaan pantai selatan dengan penataan kawasan disekitar, yakni PP Tanjung Adikarto, kawasan strategis YIA dan kawasan Pantai Selatan DIY.
Ada masalah terkait PP Tanjung Adikarto, berkaitan dengan terjadinya sedimentasi di garis pantai sepanjang 247 meter yang terletak di muara Sungai Serang, Pantai Selatan DIY. Penumpukan sedimen dapat diamati terjadi di sepanjang breakwater sebelah timur, yang telah terbangun sepanjang 247 meter, dan juga sepanjang breakwater sebelah barat, terbangun sepanjang 233 meter.
Mulai dikerjakan pada 2005, pelabuhan telah rampung di 2014. Beberapa tujuan pembangunan infrastruktur di muara Sungai Serang dan PP Tanjung Adikarto, antara lain untuk mengendalikan banjir di daerah aliran Sungai Serang, Kabupaten Kulon Progo. PP Tanjung Adikarto menjadi pelabuhan yang dapat menampung kapal ikan dan mampu beroperasi di pantai maupun lepas pantai, memanfaatkan potensi sumber daya perikanan di Samudera Hindia untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Kulon Progo dan DIY serta mengembangkannya sebagai daerah industri dan wisata.
Rombongan juga meninjau longsor yang terjadi di barat runway YIA, di muara Sungai Bogowonto. Pada muara sungai telah dibangun dan pemeliharaan groin muara sungai, serta sedang dilakukan jetty pada barat dan timur muara sungai sepanjang 306 meter. Kini Yogyakarta tengah menyiapkan kawasan aerotropolis pertama di Indonesia dan akan berperan sebagai pendukung utama perkembangan bandara YIA.
Aerotropolis dibuat dengan tata letak, infrastruktur, dan sektor ekonomi yang berpusat pada bandara. Tujuannya agar Bandara YIA di Kulon Progo dapat terus berkembang dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat, juga untuk menghindari munculnya daerah kumuh. Di sisi lain, Bbandara YIA berdampak positif dan peluang untuk pengembangan potensi daerah sekitarnya, yaitu Bantul, Kulonprogo, Purworejo, Kebumen, Purwokerto, dan lain-lain.
Pemerintah juga menyediakan moda transportasi menuju dan dari bandara YIA. Saat ini, sedang dibangun kereta api bandara dengan rute Kedundang-Bandara YIA untuk mengefisiensikan waktu tempuh dari dan ke pusat Kota Yogyakarta (jarak tempuh 39 menit). Dengan status akhir progres konstruksi 85 persen, kereta bandara diproyeksikan selesai di 2021. Untuk membangun fasilitas ini, diperlukan lahan seluas 133.321 m2.
Dalam kunjungan ke YIA juga dipaparkan tentang mitigasi bencana yang telah disiapkan oleh bandara internasional tersebut, mulai dari penanganan banjir, tsunami, likuifaksi, gempa, maupun abu vulkanik. "Semua memerlukan studi lengkap yang terintegrasi selama tiga bulan ke depan supaya dapat menjawab kekhawatiran kita dan kita dapat menentukan apa yang perlu kita lakukan," ungkap Luhut (ma).