Jakarta (IndonesiaMandiri) – Di Forum ke-18 ASEAN Chiefs of Defense Forces Meeting (ACDFM) 2021 bertema "We Care, We Prepare, We Prosper”, Panglima TN
Masalah penanganan pandemi Covid-19 menjadi soroton bahasan penting para Pimpinan Militer ASEAN |
Pesan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto tersebut dibacakan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen TNI Ganip Warsito, dalam pertemuan secara virtual pada Forum Pertemuan Panglima Angkatan Bersenjata Wilayah ASEAN ke-18,diikuti oleh Vietnam, Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura dan Thailand, bertempat di Klub Eksekutif Persada, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta (18/3).
Panglima TNI menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap situasi yang berkembang di Myanmar. "Sebagaimana disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia, dan disampaikan kembali oleh Menteri Luar Negeri, keamanan dan keselamatan rakyat Myanmar harus menjadi prioritas utama", ucapnya.
Dalam makalahnya berjudul “Meningkatkan kerjasama Militer ASEAN dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks”, Panglima TNI menekankan soal Pandemi Covid-19 sudah berlangsung selama satu tahun lebih dan semua negara masih berjuang untuk menghadapinya. Pandemi membawa permasalahan sosial dan ekonomi yang berimplikasi pada stabilitas setiap negara.
Upaya vaksinasi yang telah dilakukan semua negara masih mengalami hambatan. Permasalahan tak hanya pada bagaimana memberikan vaksin kepada masyarakat luas, tetapi juga keterbatasan vaksin di setiap negara menjadi kendala tersendiri. Seluruh negara sedang berupaya menyediakan vaksin yang cukup bagi rakyatnya, sedangkan kapasitas produksinya belum mencukupi jumlah yang dibutuhkan.
Situasi itu diperumit dengan berbagai hoaks yang beredar di media sosial dan mempersulit upaya setiap Pemerintah dalam melaksanakan program penanganan pandemi. Fenomena hoaks ini tidak hanya kita alami sendiri, tidak hanya dialami oleh negara-negara ASEAN. Bahkan di negara-negara maju sekalipun, masih terjadi ketidakpercayaan terhadap protokol kesehatan dan ketidakpercayaan terhadap vaksin.
Penetrasi media sosial dan internet yang luas juga masih menjadi senjata kelompok radikal dan teroris untuk mengembangkan pengaruh dan dukungan. Kelompok radikal dan teroris menjadi semakin sulit dideteksi akibat radikalisasi diri dan perekrutan secara tidak langsung. Mereka tidak lagi memiliki afiliasi, ikatan dan jaringan komunikasi yang jelas. Fakta tersebut membuat upaya pencegahan, deradikalisasi, maupun penegakkan hukum semakin kompleks.
Selanjutnya dikatakan, tantangan yang harus dihadapi dalam perkembangan isu Laut China Selatan dan bencana alam tetap membutuhkan perhatian kita bersama. "Untuk itu langkah yang harus kita tempuh We Care, We Prepare, We Prosper denhan menyatukan tekad dan langkah kerja sama secara konkrit dalam menghadapi setiap tantangan menjadi suatu kebutuhan mendesak bagi ASEAN", jelasnya.
Tak lupa, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto memandang penting untuk memperkuat kerja sama militer ASEAN, melalui berbagai upaya. Pertama, meningkatkan interaksi dan komunikasi antar pimpinan dan pejabat Angkatan Bersenjata. Kedua, meningkatkan sharing informasi dalam berbagai bidang dan Ketiga, membentuk mekanisme latihan bersama Angkatan Bersenjata ASEAN secara bertahap guna membangun kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Angkatan Bersenjata ASEAN (bp).