Seekor Tarsius dengan kelainan berupa leucistic (warna rambut putih dan mata hitam), ditemukan seorang warga di Desa Lemoh Timur, Kecamatan Tomariri T
Satwa langka Tarsius Leucistic yang ditemukan warga |
Jenis Tarsius ini dikenal sebagai Krabuku Tangkasi ( Tarsius tarsier/Tarsius spectrumgurskyae ) yang normalnya memiliki warna rambut cenderung coklat kemerahan dengan mata coklat. Satwa ini dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor. P.106/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/12/2018.
Saat ditemukan oleh seorang warga bernama Pak Into, Tarsius ini berada di atas sebuah pohon kecil dengan ketinggian ± 1 meter dari permukaan tanah. Tarsius ini tak berusaha untuk lari, sehingga atas dasar pertimbangan keamanan dari predator, warga Desa Lemoh Timur memutuskan membawanya ke kampong.
Lalu, dilaporkan kepada Kepala Resort Taman Wisata Alam (TWA) Batuputi Cagar Alam (CA) Duo Sudara, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jenli Gawina.
"Atas pertimbangan keamanan, saya menyarankan untuk dikembalikan ke alam atau ke induknya. Namun karena warga tidak tahu dimana lokasi induknya, selanjutnya pihak BKSDA Sulawesi Utara berkoordinasi dengan Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki dan dibantu masyarakat setempat, sejak hari Sabtu (6/2) secara bersama-sama mulai melakukan pemantauan di lokasi penemuan tarsius untuk menemukan induknya," jelas Jenli.
Pemantauan dilakukan dengan mencoba menaruh Tarsius dibeberapa lokasi yang diduga menjadi lokasi/habitat induknya. Namun sampai Senin 8 Februari, lokasi keberadaan induknya belum ditemukan. Pihak BKSDA Sulut dan PPS Tasikoki masih tetap melakukan pemantauan di lokasi penemuan.
Saat ini, satwa dalam penanganan dokter hewan dari PPS Tasikoki. Berdasarkan hasil observasi oleh dokter hewan didampingi personil BKSDA Sulut, hingga Senin pagi (8 Februari 2021), kondisinya dalam keadaan sehat. Gerak motorik cukup baik, kemampuan untuk menangkap mangsa yang dimasukkan ke kandang cukup baik. Demikian juga dengan kemampuannya untuk meraih air yang diletakkan di dalam kandang cukup baik.
Umur Tarsius leucistic yang ditemukan diperkirakan antara bayi (infant) dan remaja (juvenile) atau ± 6 bulan. Ukuran badannya cukup kecil, panjang badan ± 7 cm, dengan berat ± 50 gram. Diperkirakan sudah bisa mencari makan sendiri, namun tetap masih dalam pengawasan induknya.
KLHK menyampaikan terima kasih kepada warga Desa Lemoh Timur, khususya warga Pak Into, dan keluarga besar Tangkilisan-Kolondam atas kerjasamanya yang telah berinisiatif melaporkan penemuan tarsius leucistic kepada pihak BKSDA Sulawesi Utara. KLHK melalui Balai KSDA Sulut juga menghimbau kepada warga Sulut dan Gorontalo untuk melaporkan kepadanya apabila menemukan satwa dilindungi yang perlu segera diselamatkan (ma).