Sertifikasi CHSE menambah keyakinan pelanggan/wisatawan saat berkunjung Jakarta ( IndonesiaMandiri ) – “Pada tahun 2021, kita targetkan se...
Sertifikasi CHSE menambah keyakinan pelanggan/wisatawan saat berkunjung |
Jakarta (IndonesiaMandiri) – “Pada tahun 2021, kita targetkan sebanyak 6.500 pelaku usaha yang tersertifikasi CHSE. Namun, angka ini harus kita tingkatkan lagi dengan cara kita merangkul dunia usaha untuk ikut berpartisipasi. Sehingga jumlahnya dapat meningkat. Karena ada 34 juta lapangan kerja yang harus kita selamatkan,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, saat “Bincang-Bincang Program CHSE dan Gerakan Pakai Masker, di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta (2/2).
Program dan sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) merupakan hal sangat penting bagi industri parekraf untuk memulihkan kepercayaan wisatawan dan menggeliatkan kembali aktivitas pariwisata. Selain itu, untuk memberikan jaminan bahwa produk dan pelayanan yang diberikan sudah memenuhi standar dan protokol kesehatan (prokes).
Dalam bincang-bincang ini, juga hadir Pemilik Saung Aklung Mang Ujo Taufik Hidayat, Ketua Umum Gerakan Pakai Masker Sigit Pramono, praktisi kesehatan yang juga Juru Bicara Pemerintah dr. Reisa Broto Asmoro, serta media.
Sandiaga mengingatkan pesan Presiden Jokowi, saat ini tingkat kepatuhan masyarakat sudah di bawah 40 persen. “Berarti hal ini perlu ada langkah strategis yang out of the box. “It’s not about go or not go atau do or not do pariwisata dan ekonomi kreatif tapi it’s about how. _How_nya ini adalah protokol kesehatan yang ketat dan disiplin,” jelas Sandiaga.
Direktur Utama PT. Saung Angklung Mang Udjo, Taufik Hidayat, mengakui, adanya pandemi pihaknya melakukan berbagai macam inovasi dan pihaknya menjadi pelaku usaha pertama di Jawa Barat yang memiliki sertifikasi CHSE.
“Konsep dari Saung Angklung Mang Udjo saat ini adalah keep the old the one create the new one. Dalam arti kita masih mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalam alat musik angklung, tetapi kita harus create the new one di masa pandemi ini. Karena seni budaya tradisional Sunda itu hampir tidak ada jarak antara pemain dan penonton dan kita juga banyak berinteraksi, dengan adanya pandemi kita mencoba untuk menyesuaikan dengan standar protokol kesehatan,” papar Taufik.
Sementara Reisa Broto Asmoro menyampaikan, semua orang yang di bumi ini tidak ada yang luput dari risiko infeksi atau penularan. Maka perubahan gaya hidup yang menjadi dasarnya, termasuk yang paling penting adalah upaya pencegahan supaya tidak tertular dan tidak menulari, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
“Kedengarannya simple, tapi belum semua orang menerapkan 3M ini dengan baik dan benar. Ini yang harus kita jadikan kebiasaan baru yang mungkin belum pernah kita lakukan sebelumnya. Supaya kita bisa melindungi diri kita dan orang di sekitar kita serta sebagai solusi untuk menjalankan kembali perekonomian kita dan hidup produktif. Jadi, dimanapun kita terapkanlah 3M dengan baik dan benar,” ungkap Reisa.