Pembangunan industri aspal Buton terus dipacu sehingga memenuhi kebutuhan dalam negeri Buton/Sultra ( IndonesiaMandiri ) – Tujuan kami ke ...
Pembangunan industri aspal Buton terus dipacu sehingga memenuhi kebutuhan dalam negeri |
Ini sekaligus tindak lanjut rapat koordinasi yang dipimpin Menko Marves Luhut B. Pandjaitan pada awal Januari 2021, Kunjungan Ayodhia dan rombongan Pulau Buton, Sulawesi Tenggara (1/2), untuk meninjau kesiapan industri Aspal Buton (Asbuton) juga infrastruktur pendukung, seperti pembangunan akses dan pelabuhan, serta tata kelola izin usaha pertambangan (IUP), seperti ke tambang PT Wijaya Karya Bitumen, Pelabuhan Nambo, Pabrik PT Kartika Prima Abadi, dan Pelabuhan Banabungi PT Wika Bitumen.
Asbuton merupakan jenis aspal alami yang secara spesifik terdapat di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra). Aspal ini hanya dapat ditemukan di dua wilayah dunia, yakni Indonesia dan Trinidad, Amerika Selatan. Asbuton di Indonesia memiliki potensi sebesar 694 juta ton, tetapi perlu dilakukan validasi terhadap data cadangan terbukti dan cadangan tertambang oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM).
Potensi yang besar di Asbuton, sayangnya saat ini pemenuhan kebutuhan aspal nasional masih didominasi mpor karena penggunaan Asbuton belum maksimal. Di Indonesia sendiri terdapat 16 perusahaan yang bergerak dalam industri Asbuton.
“Selain sebagai penghasil Asbuton untuk kebutuhan dalam negeri, Indonesia juga berpeluang untuk menjadi negara pengekspor Asbuton Murni yang setara dengan Aspal Minyak pada tahun 2024 dengan rencana pengembangan ekspansi pabrik full extraction,” jelas Direktur Operasi PT Wijaya Karya (Wika) Bitumen Sri Mulyono.
Gubernur Sultra Ali Mazi pun setuju dengan pendapat Sri. "Ini bukti nyata kekayaan sumber daya alam di Buton. Aspal ini bisa digunakan untuk kepentingan bangsa dan negara, bahkan untuk kepentingan luar negeri," terang Ali. Dijelaskan, Indonesia telah membangun jalan dengan Asbuton sejak 1926, tetapi baru kali ini industri Asbuton dibangun menggunakan high technology. Ia pun berharap industri Asbuton ini dapat segera terealisasi karena sudah ada kebijakan pemerintah yang mengatur.
Terdapat tujuh jenis Aspal Buton, yakni B 5/20 Buton Granular Asphalt (BGA), B 50/30 Lawele Granular Asphalt (LGA), pracampur performance grade (PG) 70, pracampur PG 76, pracampur, cold paving hot mix Asbuton (CPHMA), dan Asbuton Murni. Berkapasitas terpasang sebanyak 1,995,000 ton per tahun, target produksinya pada 2021 baru sepertiganya, yakni sebesar 705,300 ton per tahun.
Direktur Utama PT Kartika Prima Abadi Irwan Hermanto menyatakan, “Untuk pengolahan Asbuton ekstraksi tahap 1 di Buton, pabrik memiliki kapasitas terpasang sebanyak 100 ribu ton aspal ekstrak. Sedangkan di ekstraksi tahap 2 di 2025, pabrik akan memiliki kapasitas terpasang sebanyak 500 ribu ton aspal ekstrak per tahun.”
Di tahun 2021 ini, diharapkan pemanfaatan Asbuton sebagai produk dalam negeri yang nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN)-nya 30-89 persen dapat naik. Untuk mewujudkannya, diperlukan usaha dari berbagai aspek. Dimulai dari sektor hulu atau industri pertambangan. Lalu sektor hilir atau industri pengolahan tambang. Terkait sektor industri, perlu diperhatikan kesiapan untuk mengolah Asbuton menjadi produk yang sesuai dengan permintaan konstruksi jalan sehingga dapat mulai digunakan untuk jalan desa, kabupaten/kota, dan provinsi di Indonesia (ma).