Nama Pembantu Letnan Satu (Peltu) Rabino, memang seperti tak pernah terdengar dan dikenal dalam dunia TNI saat kini. Padahal, ia termasuk tim inti dar
Peltu (Purn) Rabino |
Rabino (dengan NRP. 385689) ketika terlibat di Operasi Woyla, masih berpangkat Sersan Dua, bersama 30 prajurit Kopassus lainnya yang ikut dalam misi sama. Atas jasa dan pengabdiannya, ia menerima Bintang Sakti dari Presiden Soeharto, pada 2 April 1981. Pangkatnya naik menjadi Sersan Satu.
Jumat pagi (19/2), Rabino yang tinggal di Kompleks Kopassus Sukatani, meninggal dunia. Menurut isterinya, seperti diutarakan Airvin Hardani, kerabat dari Jakarta yang juga punya hubungan dekat dengan Alm. Jenderal (Purn.) L.B. Moerdani (perancang Operasi Woyla) saat melayat, bahwa Rabino beberapa hari sebelumnya tampak biasa, bersepeda.
Rabino menjadi tim inti Kopassus saat proses pembebasan sandera Pesawat Garuda Maret 1981 |
“Hari Kamis sudah tidak mau makan. Jumat paginya disediakan makan, ternyata sudah meninggal,” jelas Airvin, yang datang melayat ditemani Danramil 08/Johar Baru Mayor Inf Bona Ventura (19/2). Isteri Rabino tak mau pengurusan jenasah suaminya dimakamkan dengan upacara militer. “Istrinya mengatakan, kami memutuskan di makamkan di TPU supaya lebih dekat dan mudah kalau ziarah,” sambung Airvin.
Rabino yang kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 15 Agustus 1948, beragama Islam, dan telah mengantongi Bintang Sakti dan Bintang Kartika Eka Paksi Nararya. Tampak hadir saat pemakamannya Rabino yang sederhana ini, Danramil 06/Cimanggis Mayor Kav Imam Purwanto (ma).