Jakarta (IndonesiaMandiri) – “Apresiasi kepada penyelenggara The 43rd Jazz Goes to Campus (JGTC) atas upaya dan kerja kerasnya untuk tetap melaksanaka
Konser music jazz ini sudah ada sejak 1978 dan kini penampilan ke-43 |
Kegiatan ini merupakan wujud nyata sinergi yang baik antara Kemenparekraf/Baparekraf dan perguruan tinggi, dalam upaya mendukung perguruan tinggi, khususnya para mahasiswa agar tetap berkarya dan menciptakan kreativitas tanpa batas di masa pandemi.
Menurut Rizki, festival jazz yang memadukan unsur kreativitas dengan teknologi ini diharapkan menjadi solusi untuk tetap menghadirkan konser jazz di Indonesia serta memberikan hiburan bagi masyarakat dan komunitas penikmat musik jazz di tengah pandemi Covid-19. “Suguhan dari para pengisi acara itu kemudian disiarkan secara live streaming sehingga dapat dinikmati penonton dari rumah,” tambahnya.
Rizki juga mengapresiasi kesadaran mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia selaku panitia pelaksana festival dalam menggaungkan pentingnya penerapan protokol kesehatan/prokes berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) secara ketat di lokasi acara. Hal ini terbukti dengan penayangan video penerapan prokes oleh panitia di sela acara.
“Konser musik jazz virtual ini tetap diselenggarakan dengan selalu memperhatikan protokol kesehatan berbasis CHSE pada penyelenggaraan kegiatan (events) kepada seluruh panitia, tim produksi, dan pengisi acara,” jelas Rizki.
Konser yang pertama kali digagas pada 1978, dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada Sabtu-Minggu (13-14/2), mengusung tema “Rediscover Your Jazzpression!” yang dapat disaksikan secara daring melalui media streaming GoPlay dan LOKET Live.
Di hari pertama, ada penyanyi Kunto Aji, Fariz RM, Adikara Fardy, dan TEN2FIVE. Kunto mengungkapkan, pandemi ini membuat semua orang, termasuk musisi, harus bersabar karena banyaknya panggung pagelaran musik yang ditunda ataupun dibatalkan. Namun, ia berharap agar masyarakat Indonesia dapat tetap kreatif di tengah masa sulit karena pandemic. “Panggung kami tentu tidak sebanyak biasanya. Cuma, kita berharap bisa bertahan, itu saja. Di masa pandemi ini paling penting survive dulu, setelah itu kita bangun sama-sama,” terang Kunto (vh/dh).