Tumpukan sampah di Pantai Desa Teluk Pandeglang sudah berlangsung lebih 20 tahun Pandeglang/Banten ( IndonesiaMandiri ) – Kementerian Koor...
Pandeglang/Banten (IndonesiaMandiri) – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bergerak cepat, setelah ada berita tumpukan sampah di bibir pantai Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, beberapa hari ini. Tumpukan sampah seolah tak dibersihkan oleh pemerintah daerah setempat.
Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan pada Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Muhammad Suhendar dan tim, terjun langsung ke beberapa titik lokasi timbunan sampah (20/1). "Saya sempat lihat ada 10 pemberitaan sampah ini dan itu ternyata sudah lama yang belum ada solusinya," kata Suhendar di Pandeglang.
Suhendar menjelaskan, diketahui tumpukan sampah tersebut bersumber dari limbah masyarakat yang dibuang ke sungai, kemudian dibawa ke tengah laut. Karena adanya musim ombak di lokasi tersebut, maka sampah tersebut kembali terbawa ke tepi pantai dan akhirnya menumpuk.
Jika musim angin Barat tiba, maka sampah tersebut akan terbawa kembali ke daratan, apalagi arah anginnya langsung ke Desa Teluk. "Di situlah menumpuk terbawa angin, ada upaya dari dinas kabupaten, provinsi, dan masyarakat. Tetapi fasilitas untuk mengangkat sampah tersebut masih kurang dibanding suplai sampah yang datang dari laut," jelasnya.
Temuan di lapangan ini pun langsung disampaikan kepada Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah pada Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Rofi Alhanif. Menurut Rofi, tumpukan sampah tersebut sejatinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang mempunyai nilai tambah kerana jaraknya tidak jauh dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) II Labuan.
Jadi, sangat memungkinkan untuk dibangun Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) berteknologi refuse derived fuel (RDF) untuk mengolah sampah menjadi bahan baku PLTU tersebut. Pasca identifikasi lapangan oleh tim, sambung Rofi, dia akan melaporkannya ke pimpinan untuk kemudian dilakukan rapat koordinasi lintas instansi guna mencari solusi.
"Karena sampah ini ternyata selalu ada dan terus menerus. Informasi dari masyarakat, sampah ini sudah ada sejak lama sehingga penanggulangan tidak bisa hanya dilakukan oleh satu instansi atau unit kerja saja karena sangat berat, Ini harus keroyokan dan bereng-bareng, yang mendorong keterlibatan instansi untuk mendorong masyarakat dalam mencari solusi-solusi terkait masalah sampah ini," terangnya.
Sementara Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pandeglang Kemih Kurniadi, menyampaikan, sampah yang menumpuk itu tak hanya berasal dari Desa Teluk. Tetapi juga desa lain atau desa penyangga yang berdekatan dengan Desa Teluk. Kondisi ini diperparah karena masih banyak masyarakat yang membuang sampah dengan sembarangan ke selokan maupun ke sungai.
"Yang akhirnya sampai ke sungai dan sampai ke laut dan kemudian didorong lagi oleh ombak ke tepi," kisah Kurniadi. Selama ini, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya mengatasi persoalan sampah tersebut. Salah satunya, dengan membuat gerakan bersih-bersih sampah di kawasan tersebut dan saat itu ratusan truk telah mengangkut sampah yang berhasil dikumpulkan dan keruk dari titik timbunan sampah.
Meskipun demikian, Kurniadi mengakui cara yang dilakukannya belum efektif untuk menjadikan Desa Teluk dan sekitarnya bisa bersih dari sampah. Kepala Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Endin Fahrudin menambahkan, sampah di desanya sudah ada sekitar 30 tahun lalu. Ia juga menuturkan, sudah berbagai upaya dilakukan, bekerja sama dengan pemerintah kabupaten dan provinsi untuk mengatasi sampah tersebut.
"Jadi Desa Teluk ini mamang sudah berbuat, bahkan 2018 kita sudah keruk sampah hampir 180 truk," papar Endin. Kini, ketebalan sampah di bibir pantai sudah sangat dalam dan penyumbang sampah ini tidak hanya dari desanya saja, namun dari beberapa desa lainnya (ma).