Nusa Dua (IndonesiaMandiri) – Salah satu sektor usaha terdampak pandemi Covid-19, adalah dunia kuliner. Pembatasan masyarakat untuk berinteraksi secar
Pasangan Heinz dan Puji terjun langsung ke dapur siapkan makanan terbaiknya kepada pengunjung |
Nusa Dua (IndonesiaMandiri) – Salah satu sektor usaha terdampak pandemi Covid-19, adalah dunia kuliner. Pembatasan masyarakat untuk berinteraksi secara ketat serta berbagai aturan protokol kesehatan (prokes) untuk memutus mata rantai pandemi, menjadikan usaha kuliner pun sepi pengunjung. Terlebih, di daerah pariwisata seperti Bali, yang salah satu kekuatan daya tariknya, ada di kulinernya.
Rumah Makan Art Café Bumbu Bali, adalah salah satu dari sekian banyak usaha kuliner yang merasakan dampak sepinya pengunjung di masa pandemi. Bumbu Bali yang terletak di Jalan Pintas Siligita, Nusa Dua, terpaksa mesti merumahkan sekitar 70 persen tenaga kerjanya. “Semenjak covid bermula di bulan Maret, kita tidak pernah tutup, sampai saat ini kita masih berjuang,” ucap Putu Favian von Holzen, pemilik Bumbu Bali.
Bumbu Bali yang berdiri sejak 1996 oleh pasangan Heinz von Holzen (Switzerland/Swis) dan Ketut Puji Aniki Oka (Bali, Singaraja) serta anaknya Putu Fabian von Holzen, memang mengutamakan makanan khas Nasi Campur khas Bali dalam menunya, disamping ada jenis makanan lainnya.
Dengan situasi yang serba efisien saat ini, dimana pengunjung dibatasi dalam rumah makan, Bumbu Bali tetap berusaha bertahan di masa pandemi, tak pernah tutup sejak pandemi merebak di Maret lalu. Sebelum pandemi, pengunjungnya dari beragam bangsa, asing dan lokal. Putu mengakui, sejak pariwisata Bali secara perlahan kembali dibuka (Juli 2020), pengunjung cafenya mulai menaik, terutama wisatawan lokal.
Protokol kesehatan tetap dilakukan secara disiplin di Bumbu Bali baik bagi karyawan dan pengunjung |
“Dengan tamu yang minimal jumlahnya (kapasitas normal bisa menampung 140 orang, kini hanya 50 tamu) kami berusaha uintuk mengembirakan mereka,” jelas Putu. Pasangan Heinz dan Puji tampak sering turun langsung ke dapur untuk ikut meracik makanan yang disajikan ke pengunjung. Bumbu Desa memiliki cabang lain di Bali, yakni di Tanjung Benoa (kapasitas 80 orang saat normal, kita Cuma 30 tamu), yang juga memiliki kelas untuk pendidikan kuliner.
“Sejak awal berdiri kami berdiri sudah komitmen untuk menampilkan masakan khas Bali dengan kualitas yang terpercaya,” ungkap Putu. Kini, dengan kondisi yang berangsur baik, Bumbu Bali terus melangkah sesuai aturan di masa pandemi, yakni kedisiplinan menerapkan prokes baik di lingkungan sendiri (karyawan) maupun pengunjung (ma).
Foto: abri