Bali (IndonesiaMandiri) – Sertifikasi protokol kesehatan/prokes berbasis CHSE (cleanliness, health, safety and environment sustainability) bagi pelaku
Masyarakat Bali sangat sadar dalam menghadapi pandemi mesti membangun psikologi rasa aman |
Bali (IndonesiaMandiri) – Sertifikasi protokol kesehatan/prokes berbasis CHSE (cleanliness, health, safety and environment sustainability) bagi pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) di Bali, gencar dilakukan. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) targetkan ada 1.000 pelaku usaha parekraf di Bali hingga akhir 2020 bisa kantongi sertifikat CHSE.
Saat Rapat Koordinasi Nasional Parekraf di Bali (28/11), Menparekraf Wishnutama Kusubandio menekankan, prioritas kesehatan menjadi hal paling utama saat ini, sehingga sertifikasi CHSE sangat penting untuk sektor pariwisata, khususnya bagi pelaku usaha hotel dan restoran untuk memulihkan kepercayaan wisatawan.
“Sampai saat ini, sebanyak 666 pelaku usaha di Bali sudah selesai disertifikasi secara gratis. Terdiri dari 313 hotel dan 353 restoran, dari 1.000 target pendaftar,” ujar Wishnutama. Untuk lebih lanjut, para pemilik atau pengelola usaha pariwisata dan destinasi pariwisata dari seluruh Indonesia dapat mendaftar melalui website resmi chse.kemenparekraf.go.id.
Sertifikasi CHSE dari Kemenparekraf bisa diperoleh secara gratus |
Salah satu upaya mendorong industri parekraf melakukan dan memanfaatkan sertifikasi secara gratis, Kemenparekraf bersama dengan Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) menggelar sosialisasi panduan pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan dalam penyelenggaraan kegiatan, salah satunya di Graha Wisnu Kencana Cultural Park (GWK), Badung, Bali (27/11).
Konsep kegiatan ini adalah walkthrough secara menyeluruh, dimana proses sosialisasi dimulai sejak pengunjung melaksanakan registrasi. Produser Seni Pertunjukan dan Aktris Happy Salma menyebut, soal prokes, ia mengaku belajar banyak dari masyarakat Bali. Karena menurutnya, masyarakat Bali memiliki kesadaran luar biasa secara psikologis. Masyarakat dan pemerintah benar-benar bersatu untuk membuat wisatawan merasa aman dan tenang.
“Spirit ini yang saya gunakan ketika membuat kegiatan seni pertunjukkan, saya harus mampu membangun psikologis yang aman dulu dan secara spiritual orang Bali itu yakin dan tidak putus asa dalam menghadapi pandemi. Serta, masyarakat Bali memiliki nurani yang menyadari mereka bahwa Covid-19 itu nyata. Sehingga, masyarakat Bali sadar untuk menjaga kesehatannya,” jelas Happy (ag/ma).