Bandung (IndonesiaMandiri) – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mendorong pemanfaatan konten animasi yang dikemas secara menarik untuk mengoptimalkan potensi pariwisata daerah. Hal ini sekaligus sebagai upaya meningkatkan daya tarik wisata daerah. Wawan Rusiawan, Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, saat membuka acara BISMA (Bincang Inklusif Seputar MetadatA) tentang “Pengemasan Konten Animasi Berbasis Potensi Pariwisata Daerah” (30/9) menyebut, untuk mengemas konten animasi guna mengembangkan potensi pariwisata daerah, diperlukan kecermatan dalam melihat peluang yang ada.
Pengembangan produk parekraf di daerah juga bisa memanfaatkan konten animasi |
Bandung (IndonesiaMandiri) – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mendorong pemanfaatan konten animasi yang dikemas secara menarik untuk mengoptimalkan potensi pariwisata daerah. Hal ini sekaligus sebagai upaya meningkatkan daya tarik wisata daerah.
Wawan Rusiawan, Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, saat membuka acara BISMA (Bincang Inklusif Seputar MetadatA) tentang “Pengemasan Konten Animasi Berbasis Potensi Pariwisata Daerah” (30/9) menyebut, untuk mengemas konten animasi guna mengembangkan potensi pariwisata daerah, diperlukan kecermatan dalam melihat peluang yang ada.
“Animasi di Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan. Untuk itu, baik pemerintah maupun pelaku usaha kreatif harus saling bersinergi menciptakan harmonisasi guna melihat berbagai peluang. Sehingga, ke depan peluang tersebut bisa diimplementasikan,” kata Wawan.
Untuk itu, Kemenparekraf/Baparekraf menggelar BISMA sebagai kegiatan yang mewadahi para pelaku usaha parekraf untuk berdiskusi mengenai berbagai macam peluang serta berbagi pemahaman dan pengetahuan terkait cara mengemas konten animasi yang baik dan menarik dalam meningkatkan potensi pariwisata daerah.
Turut mengisi dua narasumber, yakni Kreator dan Penulis Skrip Si Juki, Faza Ibnu dan Ketua Asosiasi Industri Animasi Indonesia, Daryl Wilson. Faza Ibnu mengatakan, budaya pop terutama animasi dapat memberikan dampak kepada pariwisata di sebuah negara atau daerah. Seperti di Jepang yang memiliki maskot untuk setiap daerahnya.
Fungsi dari maskot sangat beragam, antara lain sebagai instrumen untuk menyampaikan informasi dari pemerintah, sosialisasi program, sekaligus karakter untuk suvenir atau merchandise khas yang diharapkan dapat meningkatkan ekraf daerahnya. “Melalui pengembangan maskot ini, pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di setiap daerah bisa memanfaatkan karakter tersebut sebagai peluang bisnis,” ucap Juki.
Salah satu maskot yang sukses di Jepang adalah Kumamon, yang dalam waktu dua tahun, telah meraup keuntungan ekonomi sebesar 1,2 miliar dolar AS untuk wilayahnya, termasuk pariwisata dan penjualan produk, serta publisitas senilai 90 juta dolar AS. Menurut studi Bank of Japan penjualan merchandise Kumamon telah mencapai 29,3 miliar yen pada 2012.
“Dari studi kasus tersebut, terlihat beberapa peluang yang bisa diimplementasikan dalam meningkatkan pariwisata daerah di Indonesia, antara lain melakukan branding pariwisata daerah dengan menggunakan karakter animasi nasional. Lalu, pemerintah daerah dapat melakukan kolaborasi dengan kreator lokal, serta pemerintah daerah menginisiasi maskot di setiap daerah wisata,” jelas Faza.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Industri Animasi Indonesia, Daryl Wilson menambahkan, harus ada regulasi yang mendukung terkait konten animasi, seperti misalnya pemerintah daerah mendukung penggunaan brand karakter secara gratis bagi pengusaha lokal daerah dan membatasi penggunaan brand karakter oleh perusahaan asing dengan hak dan kewajiban yang ketat dan jelas.
Daryl juga memaparkan, banyak sekali potensi daerah di Indonesia yang bisa digunakan menjadi konten animasi, mulai dari warisan budaya, pahlawan nasional, peristiwa sejarah, cerita rakyat, upacara adat, hingga pakaian tradisional (ag/ma).