Sragen (IndonesiaMandiri) – Kabupaten Sragen, di Jawa Tengah, memiliki satu tempat atau destinasi wisata yang dikenal hingga seantero dunia, namanya Museum Purbakala Sangiran. Museum ini bisa dikatakan sangat unik dan langka, karena hanya ada beberapa saja di dunia. Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kini, mulai kembali melihat potensi wisata sejarah Sangiran untuk dikembangkan. Gerakan BISA (bersih, indah, sehat dan aman) baru saja digelar oleh Kemenparekraf bersama Pemda Sragen dan instansi terkait (3-4 Agustus), untuk memacu pengembangan wisata Sangiran, sehingga tak hanya sering dikunjungi oleh para peneliti manusia purba dari mancanegara untuk tujuan ilmiah, tapi juga bisa untuk kepentingan ekonomi kreatif lainnya. Beberapa tahun lalu, Pemerintah memang telah menetapkan lima kawasan wisata super prioritas, seperti Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah, Mandalika (Lombok), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur) dan Likupang (Sulawesi Utara). Nah, untuk Borobudur, kawasan wisata yang dikembangkan, mencakup wilayah Yogya-Solo-Semarang atau dikenal Joglo Semar. Saatnya kini, kluster Joglo Semar juga memasukkan Sangiran di Sragen, sebagai salah satu potensi destinasi wisata yang bisa dikembangkan secara terpadu dalam promosi dan sosialisasi wisata di Jateng secara keseluruhan. "Sebenarnya Sangiran memang ada di dalam situ. Sehingga nanti pengembangannya menjadi single destination dengan Borobudur sebagai katalisatornya," ucap Harman Ekon Cahyo Wirasto, Direktur Manajemen Strategis, Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf, di sela acara pelaksanaan Gerakan BISA, di Museum Purbakala Sangiran, Sragen (3/8). Menuju Sangiran melalui transportasi udara, mudah dilalui dengan terbang ke Bandara Adi Soemarmo, di Boyolali, Jateng. Sekitar 30-45 menit dari bandara, menggunakan kendaraan roda empat atau dua, kita sudah bisa mencapai Museum Sangiran. Kota Solo, menjadi tempat singgah paling sering digunakan bagi masyarakat atau wisatawan sebelum menuju Sangiran. Sehingga, tak mengherankan, keuntungan banyak dimanfaatkan oleh Solo, seperti hotel yang lebih lengkap dari kelas berbintang hingga home stay (ma).
Saatnya pengembangan wisata Sangiran dibuat terpadu dengan kawasan wisata lainnya di Jateng |
Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kini, mulai kembali melihat potensi wisata sejarah Sangiran untuk dikembangkan.
Gerakan BISA (bersih, indah, sehat dan aman) baru saja digelar oleh Kemenparekraf bersama Pemda Sragen dan instansi terkait (3-4 Agustus), untuk memacu pengembangan wisata Sangiran, sehingga tak hanya sering dikunjungi oleh para peneliti manusia purba dari mancanegara untuk tujuan ilmiah, tapi juga bisa untuk kepentingan ekonomi kreatif lainnya.
Beberapa tahun lalu, Pemerintah memang telah menetapkan lima kawasan wisata super prioritas, seperti Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah, Mandalika (Lombok), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur) dan Likupang (Sulawesi Utara). Nah, untuk Borobudur, kawasan wisata yang dikembangkan, mencakup wilayah Yogya-Solo-Semarang atau dikenal Joglo Semar.
Saatnya kini, kluster Joglo Semar juga memasukkan Sangiran di Sragen, sebagai salah satu potensi destinasi wisata yang bisa dikembangkan secara terpadu dalam promosi dan sosialisasi wisata di Jateng secara keseluruhan. "Sebenarnya Sangiran memang ada di dalam situ. Sehingga nanti pengembangannya menjadi single destination dengan Borobudur sebagai katalisatornya," ucap Harman Ekon Cahyo Wirasto, Direktur Manajemen Strategis, Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf, di sela acara pelaksanaan Gerakan BISA, di Museum Purbakala Sangiran, Sragen (3/8).
Menuju Sangiran melalui transportasi udara, mudah dilalui dengan terbang ke Bandara Adi Soemarmo, di Boyolali, Jateng. Sekitar 30-45 menit dari bandara, menggunakan kendaraan roda empat atau dua, kita sudah bisa mencapai Museum Sangiran. Kota Solo, menjadi tempat singgah paling sering digunakan bagi masyarakat atau wisatawan sebelum menuju Sangiran. Sehingga, tak mengherankan, keuntungan banyak dimanfaatkan oleh Solo, seperti hotel yang lebih lengkap dari kelas berbintang hingga home stay (ma).
Foto: abri