Jakarta (IndonesiaMandiri) – "Penerapan protokol kesehatan harus menjadi budaya baru yang ditumbuhkan oleh seluruh pihak untuk bangkit kembali dengan menciptakan peluang-peluang baru di era adaptasi kebiasaan baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif," ujar Kurleni Ukar, Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf dalam keterangan tertulisnya (24/8). Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar Gerakan Bersih Indah Sehat dan Aman (BISA) dan Gerakan Pakai Masker (GPM) di sejumlah destinasi wisata tanah air. Diharapkan, ini bisa memacu edukasi masyarakat di kawasan destinasi wisata akan pentingnya memakai masker.
Gerakan BISA dan Pakai Masker menjadi bagian dari gaya hidup di masa adaptasi kebiasaan baru |
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar Gerakan Bersih Indah Sehat dan Aman (BISA) dan Gerakan Pakai Masker (GPM) di sejumlah destinasi wisata tanah air. Diharapkan, ini bisa memacu edukasi masyarakat di kawasan destinasi wisata akan pentingnya memakai masker.
Kegiatan bersama ini adalah upaya untuk menggemakan semangat bergerak dan maju bersama membangun kembali kepercayaan wisatawan terhadap pariwisata Indonesia dengan menerapkan protokol kesehatan di seluruh destinasi wisata sebagai budaya dalam menghadapi era adaptasi kebiasaan baru. Rangkaian kegiatan dimulai pada 26 Agustus 2020 di Biduk-Biduk, Berau, Kalimantan Timur, selanjutnya pada 5 dan 6 September di Banyuwangi, Malang, Probolinggo dan Bali pada 12 September 2020.
Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, sehingga diperlukan dukungan kolektif dari semua pihak. “Semangat inilah yang akan dibangun dalam kegiatan bersama Kemenparekraf, Komisi X DPR/RI dan Komunitas Gerakan Pakai Masker dan didukung pemerintah daerah, asosiasi komunitas, dan pihak lainnya di destinasi,” tambah Kurleni.
Ketua GPM Sigit Pramono menyebut, industri pariwisata memiliki multiplier effect besar dan sangat padat karya. “Karena itu industri ini harus tetap menggeliat, caranya para pelaku pariwisata dari pedagang di destinasi wisata, pemilik homestay, hingga pemandu wisata harus menggunakan masker agar para wisatawan confidence untuk datang,” jelas Sigit.
GPM adalah sebuah gerakan kampanye publik untuk mengubah perilaku masyarakat untuk memakai masker. Salah satu tolok ukur keberhasilannya, adanya perubahan perilaku masyarakat yang merasa sangat malu jika keluar rumah tanpa pakai masker. Gerakan ini diinisiasi sejumlah tokoh masyarakat, tokoh agama, jurnalis senior, tokoh perempuan, dan para profesional. Diantaranya Sigit Pramono, K.H. Mustofa Bisri, Goenawan Mohamad, Adi Harsono, Agus Martowardojo, Peter Gontha, Ustaz Yusuf Mansur, Romo Mudji Sutrisno, dan lainnya.
“GPM mengedukasi masyarakat untuk memakai masker dengan cara yang benar. Terbukti dengan pemakaian yang benar, akan menurunkan risiko tertular dan menularkan virus COVID-19 hingga 75 persen. GPM adalah murni sebuah gerakan dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat yang terkena dampak krisis akibat pandemi COVID-19. Gerakan yang terbuka untuk siapapun dengan latar belakang apapun juga boleh bergabung,” sambung Sigit.
GPM telah diterapkan dalam berbagai kegiatan sejak Juni 2020, diantaranya dalam bentuk kegiatan kampanye publik, edukasi masyarakat, dan sosialisasi program Gerakan Pakai Masker (yang mencakup juga Jaga Jarak dan Cuci Tangan) atau program sosial lainnya, baik dilakukan sendiri maupun dengan kerja sama dengan pihak lain. Diantaranya melakukan penyuluhan kepada para pedagang pasar di 9.200 pasar tradisional seluruh Indonesia. Dimulai di 277 pasar di kawasan Jabodetabek.
Wakil Ketua Komisi X Hetifah Sjaifudian berpendapat, "Kami memberikan apresiasi dan mendukung sepenuhnya kegiatan ini sebagai wujud sinergitas dan kepedulian pemerintah bersama-sama wakil rakyatnya dalam mendorong kesiapan destinasi dan masyarakat dalam memasuki masa adaptasi kebiasaan baru" (ag/dh).