Jakarta (IndonesiaMandiri) – Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia atau Mapala UI, bikin kreasi menarik peringati Hut Proklamasi RI ke-75, dengan memasang simbol merah putih raksasa di Gedung Rektorat Universitas Indonesia, Kampus UI Depok. Ini merupakan kolaborasi Mapala UI dengan Universitas Indonesia Pembentangan simbol merah putih dilakukan tiga anggota perempuan Mapala UI, yaitu Salsabila Altje (M-1001-UI), Salsabila Safira (M-1032-UI), dan Marwa Millennia (M-1033-UI) . Kiprah perempuan Mapala UI dalam kegiatan alam bebas telah dimulai sejak lama, salah satunya menjadi perempuan Indonesia pertama menapakkan kaki di puncak tertinggi Pegunungan Jaya Wijaya pada 1981.
Sebuah tantangan menarik dilakukan Mapala UI pasang bendera merah putih di Gedung Rektorat |
Pembentangan simbol merah putih dilakukan tiga anggota perempuan Mapala UI, yaitu Salsabila Altje (M-1001-UI), Salsabila Safira (M-1032-UI), dan Marwa Millennia (M-1033-UI) . Kiprah perempuan Mapala UI dalam kegiatan alam bebas telah dimulai sejak lama, salah satunya menjadi perempuan Indonesia pertama menapakkan kaki di puncak tertinggi Pegunungan Jaya Wijaya pada 1981.
Saat memanjat Gedung Rektorat, srikandi Mapala UI memakai teknik satu tali atau Single Rope Technique (SRT) dari lantai 8. Teknik SRT dipilih atas dasar berbagai pertimbangan kapabilitas dan penilaian risiko, meski cukup berbeda dengan pekerjaan ketinggian di gedung yang pada umumnya menggunakan dua tali. Mapala UI secara khusus didampingi oleh Unit Pelaksana Teknis Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (UPT K3L) Universitas Indonesia.
“Seluruh kegiatan yang dilakukan telah melalui perencanaan yang matang dan menilai berbagai potensi resiko yang ada termasuk penularan Covid-19. Kami tidak ingin semangat nasionalisme ini malah menjadi cluster baru penyebaran Covid-19, karenanya protokol kesehatan kami utamakan,” ucap Salsabila Safira, Ketua Umum Mapala UI.
“Pemasangan merah putih ini tidak mudah, padahal segala rencana sudah dipersiapkan dan risiko sudah diperhitungkan. Namun berbagai faktor mulai dari angin kencang, berat kain hingga medan berupa atap genting menjadi tantangan tersendiri bagi kami,” kisag Marwa Millennia yang menjadi koordinator kegiatan (bp).