Jakarta (IndonesiaMandiri) – Membudayakan sekaligus mengajak peran serta aktif masyarakat untuk peduli pada konservasi alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bikin "Aksi Bersih Kawasan Konservasi dan Penanaman Pohon", dipusatkan di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta (10/8). Kegiatan yang merupakan bagian dari Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) ini, diikuti ± 226 orang dengan mengikuti protokol kesehatan dimasa Pandemi Covid-19. Aksi bersih ini juga dilaksanakan secara serentak di kawasan konservasi di seluruh Indonesia. Wakil Menteri LHK, Alue Dohong berharap melalui kegiatan ini konservasi dapat menjadi bagian dari sikap hidup sehari-hari masyarakat agar menjelma menjadi budaya bangsa.
Berkunjung ke Taman Nasional di masa pandemi dengan tetap ikuti protokol kesehatan bisa ikut menyehatkan kita |
Kegiatan yang merupakan bagian dari Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) ini, diikuti ± 226 orang dengan mengikuti protokol kesehatan dimasa Pandemi Covid-19. Aksi bersih ini juga dilaksanakan secara serentak di kawasan konservasi di seluruh Indonesia. Wakil Menteri LHK, Alue Dohong berharap melalui kegiatan ini konservasi dapat menjadi bagian dari sikap hidup sehari-hari masyarakat agar menjelma menjadi budaya bangsa.
Wamen juga mengingatkan agar selama Pandemi Covid-19 ini masyarakat yang terdampak dapat segera pulih, salah satunya dengan bepergian ke kawasan Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TWA), dan Suaka Margasatwa (SM) dalam kondisi transisi akhir COVID-19 (New Normal). Hal ini diharapkan akan menciptakan optimisme dan peluang bagi para pihak di sektor pariwisata alam untuk ikut mendukung kebangkitan dan pemulihan kondisi masyarakat dari sisi mental, fisik, serta pemulihan ekonomi negara.
"Jadikan konservasi alam sebagai bagian dari sikap hidup kita sehari-hari agar selanjutnya berkembang menjadi budaya bangsa yang dapat kita wariskan kepada generasi-generasi penerus kita," ujarnya saat membaca sambutan Menteri LHK. Konservasi berarti “mengkaitkan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara bersamaan pada kenyataannya telah terjadi sejak jaman kerajaan-kerajaan Nusantara dulu,” tambahnya.
Menurut Wamen, “kita masih dapat mengetahui bagaimana para leluhur kita masa itu memanfaatkan sumber daya alam secara arif dan bijaksana. Mereka hidup beradaptasi dengan alam, mempelajarinya, dan mengambil manfaat sesuai dengan sifat dan kondisi keberadaan sumber daya alam tersebut. Pengaturan dan larangan yang dilakukan pada waktu itu pada dasarnya merupakan bagian dari upaya perlindungan alam dari kerusakan dan kepunahan."
Penyelenggaraan aksi bersih dan penanaman pohon di TWA Angke Kapuk dengan vegetasi hutan mangrove disebut Wamen sekaligus mengkampanyekan kepada masyarakat terkait pentingnya keberadaan hutan mangrove untuk melindungi kehidupan manusia. Indonesia disebutnya memiliki 3,3 juta ha hutan mangrove dan merupakan yang terbesar di wilayah tropis.
Mangrove juga memiliki berbagai macam fungsi salah satunya barier penghambat tsunami. Daerah yang mangrovenya bagus ternyata mengalami kerusakan yang minimal jika ada tsunami. Selanjutnya pohon mangrove juga berfungsi untuk squestrasi karbon/penyimpan karbon. "Simpanan karbon terbesar itu ada di tanah mangrove, lebih besar 4 kali lipat dari terestrial/daratan," urainya. Mangrove juga diungkapkan Wamen dapat mencegah intrusi air laut ke darat, memfilter racun-racun dari limbah/B3 dan mengandung enviromental service/jasa lingkungan berupa keindahan alam dan kesegaran, juga potensial sebagai ekowisata.
TWA Angke Kapuk merupakan contoh keberhasilan rehabilitasi mangrove dari sejarahnya dahulu adalah bekas areal tambak. Sementara Dirjen KSDAE Wiratno menyampaikan, aksi bersih sampah ini merupakan rangkaian kegiatan Road to HKAN 2020 yang dilaksanakan tepat di 10 Agustus yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 2009 sebagai Hari Konservasi Alam Nasional.
Pelaksanaan HKAN 2020 disebutnya menjadi momentum perayaan nasional yang sangat bersejarah karena dilaksanakan ditengah mewabahnya virus Covid-19 yang menjadi global pandemi seluruh negara di dunia. "Pandemi Covid-19 tidak hanya mengakibatkan krisis di bidang kesehatan tetapi juga berdampak pada seluruh aspek terutama dibidang ekonomi termasuk sektor pariwisata alam," jelas Wiratno.
Oleh karenanya, Wiratno mengigatkan upaya reaktivasi kawasan konservasi menjadi salah satu bentuk pemulihan ekonomi di masa Pandemi Covid-19, namun dengan pengaturan ketat untuk mencegah penyebaran virus Covid19. "Reaktivasi diharapkan dapat mendukung kegiatan pariwisata alam dengan mengusung konsep forest for healing yang berakar kuat dari sikap hidup dan budaya living with nature yang tidak mengedepankan jumlah kunjungan, namun justru quality tourism," harapnya.