Depok (IndonesiaMandiri) – Hari Anak nasional (HAN) yang jatuh pada 23 Juli, kali ini mesti diperingati dengan suasana berbeda karena masih dalam masa pandemi Covid-19. Walaupun kini telah memasuki masa transisi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) menuju era adaptasi kebiasaan baru, kesehatan anak merupakan hal penting harus dipehatikan dengan sungguh-sungguh. Sebagai wujud pengabdian dan upaya edukasi kepada publik, Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) kembali membuat diskusi rutin bulanan secara virtual bertajuk Bicara Sehat Ke-21: Menjaga Anak Tetap Ceria di era Adaptasi Kebiasaan Baru kembali digelar (21/7). Anak-anak yang secara natural senang bermain, sendiri atau bersama teman, bermain di alam bebas, berlari-larian di luar rumah, serta bersekolah, “dipaksa” untuk menyesuaikan diri dengan keadaan pandemi. Selain itu, kebutuhan nutrisi untuk anak selama masa pandemi ini juga meningkat dengan tujuan memperkuat imunitas anak. Orang tua juga “dipaksa”untuk menyesuaikan diri untuk menjalankan berbagai peran sekaligus yaitu menjadi orang tua, menjadi guru, juga menjadi teman bermain anak. Jadi, pengetahuan orang tua untuk Menjaga Anak Tetap Ceria di era Adaptasi Kebiasaan Baru mutlak diperlukan. Annisa Rahmania Yulman, Dokter Spesialis Anak RSUI, selaku narasumber diskusi menyebut, anak harus tetap aktif selama masa pandemi ini. “Walaupun anak di rumah aja, anak harus tetap aktif untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan mereka berlangsung dengan optimal. Sedentary lifestyle harus dihindari, harus istirahat cukup dan walaupun di rumah aja, penggunaan gadget harus bijak walaupun sekolah pun juga menggunakan gadget. Orang tua harus mempunyai dalih dan strategi untuk mengatur screen time anak” papar Dokter Spesialis Anak yang akrab disapa Dokter Ninis. “Screen time untuk anak 0-1 tahun adalah zero atau nol. Tidak boleh ada screen time untuk anak 0-1 tahun” pungkasnya. Sedangkan untuk anak di atas usia 1-2 tahun, orang dewasa harus selalu mendampingi anak-anak dalam memanfaatkan gawainya. Beberapa tanda-tanda anak yang adiksi gawai perlu diwaspadai, seperti anak sulit konsentrasi, mudah tantrum, dan sejenisnya,” tambahnya. Dokter Ninis juga menyampaikan, mencapai kualitas kehidupan yang baik dan aktif, anak diharuskan melakukan aktivitas fisik selama waktu tertentu yang berbeda untuk setiap umurnya. Dalam sehari, minimal selama 30 menit aktifitas fisik dianjurkan untuk 0-1 tahun, 180 menit umur 1-2 tahun dan umur 3-4 tahun. Tentunya, intensitas beratnya aktivitas untuk anak usia 1-2 tahun dan 3-4 tahun berbeda. “Masa usia dini disebut juga masa keemasan atau golden years yang menyebabkan si kecil mulai peka menerima berbagai macam rangsangan. Orang tua harus sering merangsang anak-anak ini selama usia emasnya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Masa peka setiap anak berbeda, jadi jangan pernah membandingkan satu anak dan anak lainnya, bahkan anak kembar pun berbeda,” ujar Ns. Mila Sri Wardani, Sarjana Keperawatan selaku narasumber berikutnya. Selain itu, ners RSUI yang juga sebagai Primary Nurse di Bagian Pediatrik ini menyampaikan, pergerakan anak mencakup motorik kasar dan halus tetap harus terpenuhi selama masa pandemi. Motorik kasar dan halus harus seimbang dan hal ini kewajiban orang tua untuk menciptakan permainan yang menyenangkan dan mempertimbangkan pergerakan motoriknya, dengan tetap memakai protokol kesehatan selama bermain bersama anak.
Di masa pandemi, anak-anak tetap harus memiliki ruang gerak bermain yang tepat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan |