Indonesia tawarkan model kerjasama lebih erat dan komprehensif atasi berbagai masalah lingkungan di masa dan pascapandemi Jakarta ( Ind...
Indonesia tawarkan model kerjasama lebih erat dan komprehensif atasi berbagai masalah lingkungan di masa dan pascapandemi |
Di sesi penutupan bertajuk Building the Future We Want – Green Recovery from COVID-19, dibahasi peluang langkah stimulus ekonomi dan reformasi kebijakan untuk mendukung ekonomi hijau dan solusi berbasis alam, menjelaskan langkah-langkah prioritas untuk “building back better” dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi, serta mengeksplorasi hubungan antara pemulihan ekonomi berkelanjutan, perubahan iklim, dan keanekaragaman hayati.
Selain Menteri LHK, panelis yang memberikan pandangannya pada GLF adalah Inger Andersen, Executive Director of UNEP, Prof. Edward B. Barbier, Colorado State University, Ibrahim Thiaw, Executive Secretary of UNCCD, Achim Steiner, Administrator of UNDP, Naoko Ishii, CEO and Chairperson of Global Environment Facility dan Yugratna Shrivastava dari UN Major Groups Youth Representative.
Profesor Edward Barbier dari Colorado State University menyatakan, untuk solusi iklim berbasi alam di negara berkembang perlu diiplementasikan tiga kebijakan utama yang merupakan strategi jangka panjang yang meliputi: menghilangkan subsidi bahan bakar fosil dan merealokasikannya untuk mendorong pengembangan energi berkelanjutan, menghilangkan subsidi irigasi dan merealokasikannya untuk meningkatkan sanitasi perkotaan dan penyediaan air minum, dan mengenakan pajak karbon. Selanjutnya Achim Steiner dari UNDP menyebut, perluya melibatkan masyarakat dalam melakukan transformasi menuju ekonomi hijau.
Yugratna Srivasta, perwakilan dari youth community mengingatkan, tidak dapat kembali ke kenormalan sebelumnya karena sistem tersebut tak dapat lagi dipertahankan akbiat Covid-19. Untuk itu, perlu langkah penyesuaian yang mendorong pada kehidupan lebih ramah lingkungan. Ibrahim Thiaw dari UNCCD menambahkan, perlunya kerja sama kian erat di tingkat internasional, karena tidak dapat mengatasi masalah dunia, terutama terkait Covid-19, tanpa dukungan semua pihak.
Menteri Siti Nurbaya berpendapat, upaya Indonesia untuk meningkatkan sumber daya alam dan lingkungan telah menunjukkan kemajuan signifikan, dan upaya ini serta pembaruan masih terus dilakukan. “Komitmen dan upaya kami bahkan lebih kuat dari sebelumnya, termasuk pengaturan carbon pricing yang sedang dalam godokan dan segera dibahas pada tingkat rapat kabinet,” sambung Siti.
“Ketika FAO memperingatkan dunia tentang kelangkaan pangan karena Covid-19, maka negara-negara berusaha mengembangkan lahan yang subur untuk tanaman pangan. Namun, praktik pertanian di zona ekologis yang rentan harus dikelola dengan baik ketika itu tidak dapat dihindari”, papar Siti.
“Oleh karena itu, pendekatan dan pemenuhan syarat budidaya, syarat manajemen atau pengelolaan dan syarat konservasi secara tepat menjadi langkah sangat penting untuk dipraktikkan dalam pembangunan pertanian secara berkelanjutan” lanjutnya. Untuk itu, Indonesia menyambut kerja sama lebih erat dan memastikan dengan memperhatikan masyarakat dalam hal kesehatan, pangan, dan ekonomi, sambil mengelola hutan dan bentang alam secara berkelanjutan menuju masa depan yang kita inginkan (ma).