Jakarta (IndonesiaMandiri) – Pengelolaan Daerah Aliran Sungai/DAS yang optimal di era transisi menuju kebiasaan baru, perlu menekankan pada peningkatan fungsi KISS (Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergi), terutama antar stakeholders lintas wilayah administrasi. Selain itu, menjaga hutan juga menjadi hal yang tidak boleh dilupakan sebagai langkah utama dalam menjaga keberlangsungan sistem DAS. Pesan ini disampaikan Profesor Riset Pratiwi, peneliti pada Pusat Litbang Hutan, Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), saat diskusi dengan pemangku kepentingan di acara TERAS INOVASI : Bincang Seru Profesor, bertema “Pengelolaan DAS dalam Mendukung Era New Normal” (24/6). Tema ini seiring peringatan hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia yang diperingati setiap 17 Juni. "Pandemi Covid-19 memberi pelajaran, membatasi kegiatan manusia di dalam hutan atau vegetasi permanen, berpengaruh positif terhadap regenerasi alami tumbuhan," ucap Prof. Pratiwi. Jadi, tambah Prof Pratiwi, jika ingin menjaga keberlanjutan pengelolaan DAS, hutan yang masih tersisa hendaknya dikelola secara bijaksana, dengan semaksimal mungkin mempertahankan tutupannya agar kondisi tata air terjaga, dan pada akhirnya berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat. Sejalan dengan itu, dalam sambutan pembukaan oleh Kepala P3H, Kirsfianti L. Ginoga, disebutkan juga jika pembatasan kegiatan akibat pandemi Covid 19, pada satu sisi turut memberikan dampak positif terhadap alam seperti meningkatnya kelahiran satwa liar, menurunnya tingkat CO2 dan meningkatnya ketersediaan oksigen. Selain Prof. Pratiwi, narasumber lainnya yaitu, Dr. Budi Hadi Narendra dari P3H BLI dan Dr. Agung Budi Supangat dari BP2TDAS BLI terkait Fungsi DAS dalam Mitigasi Bencana Hidrometeorologi. Menurut Budi, jika kesehatan masyarakat selain dipengaruhi tingkat pendidikan, pendapatan, ketersediaan sarana prasarana kebersihan dan air bersih, juga oleh keberlanjutan pengelolaan DAS, khususnya dalam penggunaan lahan, pengaturan sumberdaya air, pengelolaan vegetasi, dan peran aktif masyarakat. “Kunci untuk keberlanjutan DAS adalah tidak terlampauinya daya dukung dan daya tampung. Di masa pandemi Covid 19 ini, pengelolaan DAS diharapkan dapat mendukung kekebalan atau imunitas tubuh, kebersihan diri, dan lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, ketersediaan sumber pangan berkualitas, dan lingkungan yang sehat,” lanjutnya.
Di saat pandemi dan setelahnya, kualitas DAS tetap harus dipelihara dengan baik |
Pesan ini disampaikan Profesor Riset Pratiwi, peneliti pada Pusat Litbang Hutan, Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), saat diskusi dengan pemangku kepentingan di acara TERAS INOVASI : Bincang Seru Profesor, bertema “Pengelolaan DAS dalam Mendukung Era New Normal” (24/6). Tema ini seiring peringatan hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia yang diperingati setiap 17 Juni.
"Pandemi Covid-19 memberi pelajaran, membatasi kegiatan manusia di dalam hutan atau vegetasi permanen, berpengaruh positif terhadap regenerasi alami tumbuhan," ucap Prof. Pratiwi. Jadi, tambah Prof Pratiwi, jika ingin menjaga keberlanjutan pengelolaan DAS, hutan yang masih tersisa hendaknya dikelola secara bijaksana, dengan semaksimal mungkin mempertahankan tutupannya agar kondisi tata air terjaga, dan pada akhirnya berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat.
Sejalan dengan itu, dalam sambutan pembukaan oleh Kepala P3H, Kirsfianti L. Ginoga, disebutkan juga jika pembatasan kegiatan akibat pandemi Covid 19, pada satu sisi turut memberikan dampak positif terhadap alam seperti meningkatnya kelahiran satwa liar, menurunnya tingkat CO2 dan meningkatnya ketersediaan oksigen. Selain Prof. Pratiwi, narasumber lainnya yaitu, Dr. Budi Hadi Narendra dari P3H BLI dan Dr. Agung Budi Supangat dari BP2TDAS BLI terkait Fungsi DAS dalam Mitigasi Bencana Hidrometeorologi.
Menurut Budi, jika kesehatan masyarakat selain dipengaruhi tingkat pendidikan, pendapatan, ketersediaan sarana prasarana kebersihan dan air bersih, juga oleh keberlanjutan pengelolaan DAS, khususnya dalam penggunaan lahan, pengaturan sumberdaya air, pengelolaan vegetasi, dan peran aktif masyarakat.
“Kunci untuk keberlanjutan DAS adalah tidak terlampauinya daya dukung dan daya tampung. Di masa pandemi Covid 19 ini, pengelolaan DAS diharapkan dapat mendukung kekebalan atau imunitas tubuh, kebersihan diri, dan lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, ketersediaan sumber pangan berkualitas, dan lingkungan yang sehat,” lanjutnya.
Dari sisi kebencanaan, Agung menyebut, sebagian bencana alam akibat buruknya pengelolaan DAS, dan sebaliknya banyaknya bencana alam menyebabkan DAS tidak sehat. “Perencanaan pengelolaan DAS harus pertimbangkan aspek rawan bencana. Begitu pula perencanaan mitigasi bencana harus berbasis DAS, khususnya dalam identifikasi daerah rawan bencana (potensi/kerentanan),” paparnya.
Untuk mitigasi bencana, saran Agung, agar dilakukan kegiatan konservasi tanah dan air (KTA) berupa restorasi kawasan, rehabilitasi hutan dan lahan, dan bangunan sipil teknis yang sesuai pada DAS sesuai dengan tingkat kerentanannya (ma).