Terobosan baru di era new normal menikmati wisata kopi dengan virtual Jakarta ( IndonesiaMandiri ) – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi...
Terobosan baru di era new normal menikmati wisata kopi dengan virtual |
“Kedai-kedai kopi memiliki cerita yang bisa dieksplorasi. Baik dari kedai kopi pertama yang ada di Jakarta yang sampai saat ini masih bertahan di tengah kedai kopi lainnya. Jadi kita bisa menambah ilmu sambil menikmati kopinya yang sudah pasti enak,” kata Cindy Tan selaku pemandu tur dari Jakarta Good Guide (8/5).
Berwisata kopi bisa mengajak psiapapun belajar liku-liku kopi mulai sejarahnya, perkembangan dari masa ke masa, sampai era kini di mana kopi menjadi salah satu minuman favorit dan gaya hidup masyarakat.Dalam wisata virtual selama dua jam, para peserta berjumlah sekitar 200 orang, diajak ke beberapa tempat kopi ikonik di Jakarta, seperti Toko Kopi Luwak Gondangdia, Toko Kopi Sedap Jaya Jatinegara, Toko Kopi Warung Tinggi, dan Warung Kopi Takkie. Selain itu juga Phoenam, Kwang Koan, Kong Djie dan Bakoel Koffie.
Candha Adwitiyo selaku CoFounder Jakarta Good Guide mengatakan, di Jakarta banyak sekali kedai kopi dengan berbagai cerita dan sejarahnya untuk ditelusuri. Inilah yang menjadi kegiatan komunitas Jakarta Good Guide, dengan napak tilas destinasi menarik di Jakarta.
“Komunitas Jakarta Good Guide ini tak jauh dari jalan-jalan, menelisik destinasi-destinasi menarik. Salah satu yang rutin dilakukan adalah walking tour bersama sejumlah turis asing yang berwisata di wilayah Jakarta," jelas Candha.
Kepala Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Agustini Rahayu menyebut, "Ngabuburit Wisata Kopi" tak hanya menyajikan pengalaman dan wawasan baru mengenai kopi dan tempat kopi legendaris di Jakarta, tapi juga menunjukkan bagaimana pandemi membawa kita menuju kondisi "New Normal".
Masyarakat ditunjukkan bagaimana teknologi dan media digital membawa masyarakat pada rutinitas dan cara hidup yang baru. “Dengan kita tidak bisa kemana-mana, bukan berarti kita tidak bisa menjadikan pariwisata sebagai gaya hidup kita. Keterbatasan ini tidak bisa membuat kita diam. Kegiatan virtual seperti ini membuka peluang baru di era new normal. Mau tidak mau suka tidak suka, kita akan memanfaatkan teknologi. Meskipun tidak bisa menggantikan experience ketika kita berkunjung langsung ke destinasi wisata,” paparnya.
Menurut Agustini, wisata virtual bersama komunitas ini kali pertama digelar Kemenparekraf. “Tentunya akan ada wisata lainnya dengan tema yang berbeda. Kami berharap kegiatan kali ini bisa menginspirasi komunitas lain agar masih bisa bergerak di kondisi seperti ini,” ungkapnya (dh/ag).