Dalam program jangka panjang Pemerintah, masyarakat di pesisir seperti nelayan akan diberdayakan kemampuannya Jakarta ( IndonesiaMandi...
Dalam program jangka panjang Pemerintah, masyarakat di pesisir seperti nelayan akan diberdayakan kemampuannya |
Staf Ahli Menko (SAM) Bidang Sosio-Antropologi Kemenko Marves, Tukul Rameyo Adi menyebut, masyarakat yang hidup di wilayah pesisir Indonesia, dengan mata pencaharian terbesar adalah dari hasil laut dan pesisir, menjadi salah satu terdampak cukup besar akibat pandemi ini. “pemberdayaan pengetahuan dan kearifan lokal untuk pengelolaan pesisir berkelanjutan, dipandang memiliki nilai strategis dalam mendukung prioritas nasional pengembangan wilayah, terutama untuk mengurangi kesenjangan dan pembangunan lingkungan hidup, perubahan iklim dan ketahanan bencana, termasuk pemulihan pasca bencana wabah korona” ujar Rameyo (29/5).
Ia kemudian mengambil contoh, menurut Rameyo, Ecosystem Approach for Fisheries management (EAFM) adalah contoh lain dari model pendekatan pengelolaan perikanan, khususnya perikanan skala kecil yang bertujuan untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya ikan dan mata pencaharian masyarakat nelayan.
“Pendekatan ini sejatinya sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat nelayan lokal sebagai bagian dari pengetahuan dan kearifan lokal dalam menjaga kelestarian sumberdaya dan lingkungan pesisir. Model pendekatan ini dapat dijumpai pada pola kearifan lokal Panglima Laot di Aceh, Sasi di Maluku dan Awig-Awig di Bali dan Lombok,” jelasnya.
Kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan pengetahuan/kearifan lokal, yang tertuang dalam dokumen RPJMN 2020-2024, sebagai lanjutan dari kebijakan look east policy yang telah dimulai sebelumnya, dengan penekanan penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan iklim melalui partisipasi masyarakat berbasis kearifan lokal, khususnya program pembangunan wilayah per pulau (ma).