Perkuat Pertanian Sebagai Roh Pariwisata Bali Jakarta (IndonesiaMandiri) – Denpasar Sektor pariwisata salah satu bidang yang terdampak cukup parah saat wabah pandemi Covid-19 melanda seantero dunia sejak awal 2020. Terlebih Bali, sebagai destinasi wisata populer, baik di Indonesia maupun dunia. Bagi I Made Mendra Astawa, Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata Provinsi Bali yang juga aktif di berbagai organisasi swasta dan Pemerintah dalam merawat pariwisata di Pulau Dewata, juga turut prihatin dengan dampak Covid-19 ini. Berikut wawancaranya dengan IndonesiaMandiri: IndonesiaMandiri/IM. Bagaimana anda menilai dampak Covid-19 bagi pariwisata Bali? Mendra Astawa/MA. Tak ada yang menduga datangnya Covid-19. Bali hidup dari sektor Industri Pariwisata. Bali hampir 90% kehidupan masyarakat bergelut langsung dan tidak langsung dari sektor ini. Ketika Covid-19 merebak seantero dunia, tak terkecuali Bali terkena imbas langsung karena wisatawan tak bisa bepergian ke Bali sebagai akibat bebrapa negara di dunia sebagai sumber wisatawan kesini jalani Lock Down. Ini dampaknya melebihi dari isu/ kejadian menerpa kepariwisatan Bali, seperti Perang Teluk, Kolera, Krisis ekonomi 1998, BOM Bali I dan II. Saat Covid-19 diumumkan Pemerintahan, wisatawan sudah tak berani terbang ke Bali dan terjadi penarikan warga negara asing kembali ke negaranya. Tentunya terjadi dampak ekonomi yang sangat memukul Bali. Terjadi semua sektor pariwisata dI Bali dan banyak pegawai dirumahkan dengan dibayar 25%, tidak di gaji dan PHK.
I Made Mendra Astawa (baju putih) terjun langsung ke masyarakat membagi masker |
Bagi I Made Mendra Astawa, Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata Provinsi Bali yang juga aktif di berbagai organisasi swasta dan Pemerintah dalam merawat pariwisata di Pulau Dewata, juga turut prihatin dengan dampak Covid-19 ini. Berikut wawancaranya dengan IndonesiaMandiri:
IndonesiaMandiri/IM. Bagaimana anda menilai dampak Covid-19 bagi pariwisata Bali?
Mendra Astawa/MA. Tak ada yang menduga datangnya Covid-19. Bali hidup dari sektor Industri Pariwisata. Bali hampir 90% kehidupan masyarakat bergelut langsung dan tidak langsung dari sektor ini. Ketika Covid-19 merebak seantero dunia, tak terkecuali Bali terkena imbas langsung karena wisatawan tak bisa bepergian ke Bali sebagai akibat bebrapa negara di dunia sebagai sumber wisatawan kesini jalani Lock Down. Ini dampaknya melebihi dari isu/ kejadian menerpa kepariwisatan Bali, seperti Perang Teluk, Kolera, Krisis ekonomi 1998, BOM Bali I dan II. Saat Covid-19 diumumkan Pemerintahan, wisatawan sudah tak berani terbang ke Bali dan terjadi penarikan warga negara asing kembali ke negaranya. Tentunya terjadi dampak ekonomi yang sangat memukul Bali. Terjadi semua sektor pariwisata dI Bali dan banyak pegawai dirumahkan dengan dibayar 25%, tidak di gaji dan PHK.
Mendra (berdiri kedua dari kanan) saat bertemu konsul dari Cina |
MA. Pariwisata Bali sangat rentan akan isu politik, sosial, ekonomi, agama dan kesehatan. Dipandang perlu Pemprov Bali untuk kem-Bali “ke jati mula”, perkuat pertanian sebagai sektor ketahanan pangan dengan menjaga air sebagai kehidupan manusia Bali melaui pelestarian SuBak agar air dapat mengalir ke semua tanah pertanian di Bali. Juga menjadikan petani produsen sehingga mampu membuat bibit/ benih unggul, pupuk organik yang menjaga kesuburan tahan dan pasca panen. Saat ini petani sangat rentan ketika terjadi panen raya, harga turun sehingga tidak ada yang tertarik bertani. Pemerintah harus segera memikirkan agar saat pasca panen produk terserap industri, baik pabrik sebagai olahan maupun sektor industri menjadi bapak angkat untuk menyerap langsung hasil pertanian. Pariwisata merupakan bonus dari alam dan budaya yang dikembangkan leluhur. Untuk dapat menjaga budaya itu, tentu melalui pertanian berkelanjutan. Hasil panen yang dipersembahkan melaui ritual atas terima kasih umat Bali kepada Sang Pencipta Ida Sang Hyang Widi Wasa.
IM. Bagaimana anda melihat para tokoh adat mensikapi krisis ini?
MA. Melalui kejadian Covid-19, menjadi pembelajaran umat Bali khususnya untuk kem-bali keajaran leluhur, mencintai pertiwi. Saat Covid-19 merebak, Bali lagi peringati hari raya Nyepi, diperpanjang jadi 2 hari yang pada umum nya dilaksanakan 1 hari, atas diskusi pemerintah dan tokoh agama dan umat melaksanakan dengan taat dengan tujuan covid-19 dapat cepat berlalu.
Tokoh agama megajak umat lebih banyak mendekatkan diri kepada Id sang Hyang Widi wasa dengan bersembahyang bersama di rumah masing-masing, berjapa bersama di rumah masing-masing dengan jam sudah ditentukkan. Dengan harapan vibrasi alam Bali bersih dan terbuka. Sangat setuju atas tindakan diambil oleh Presiden, stay home, social distancing, rajin cuci tangan, pakai masker, keluar rumah hanya untuk kepentingan saja.
IM. Sampai kini, Bali belum menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar/PSBB. Apakah Pemda maupun tokoh masy/adat tidak menilai covid-19 bukan ancaman sangat bahaya?
MA. Oh Bahaya, Covid-19 sangat membahayakan keberlangsungan umat manuasia yang menyebar dengan begitu cepatnya, Bali mengikuti aturan pusat selama perekonomian bisa jalan dengan mengikuti prosedur tetap/protap. Dengan banyaknya pemulangan WNI dari luar negeri sekitar 22.000 tenaga kerja dan baru sekitar 11.000 orang yang sudah di tes dan dikarantina sesuai protap. Masyarakat diminta menerima keluarga dan warganya yang baru tiba setalah karantina dan negatif covid-19.
IM. Terkait dampak bagi industri pariwisata, yang anda ketahui, berapa industri di sektor ini yang gulung tikar, PHK, dan lain-lain?
MA. Hampir 99% sudah tutup, biro perjalan tutup total, hotel beberapa masih buka sebagai tempat karantina yang baru datang dari luar negeri. Restoran hampir 95% tutup.
Kejadian Covid-19 jadi pelajaran penting untuk kembali ke alam |
MA. Penjagaan pintu masuk baik laut dan udara diperketat guna memutus penyebaran virus. Bantuan sembako bagi karyawan dan keluarga terdampak, beri pelatihan SDM yang dirumahkan dan PHK. Menguatkan sektor Pertanian sebagai roh dari Pariwisata Bali berbasis alam, budaya dan spiritual. Tetap branding Bali sebagai tujuan wisata retreat dan ini sudah dikembangkan. Karena pasca covid-19 pola berwisat akan berbeda, yaitu kembali ke alam, pariwisata berkelanjutan, kesehatan sehingga menjadikan Bali quality tourism, baik secara produk, pelayanan tentu harga.
IM. Apa pelajaran atau hikmah terpenting dari krisis covid-19)
MA. Sangat luar biasa, selama ini kita terlena oleh gemerlapnya dunia/social life. Dengan ini kita lebih mengerti akan hidup (menjaga kesehatan), kesadaran sebagai umat dan menjaga alam untuk kelangsungan hidup lebih baik (ma).
Foto: Istimewa/abri