Konawe Selatan (IndonesiaMandiri) – Produktivitas kakao di Desa Puudambuu, Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra) terus menunjukkan peningkatan. Di tempat ini, sebelumnya petani rata-rata hanya mampu menghasilkan 0,5 – 1,5 ton/Ha. Namun berkat pendampingan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian (Balitbangtan-Kementan), kini produksi kakao di Tanah Anoa tersebut naik hingga 3 ton/Ha. Semenjak peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-39 November 2019 lalu, tim Balitbangtan melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sultra terus memberi bimbingan teknis budidaya yang tepat sehingga tanaman kakao dapat berbuah sepanjang tahun. Haji Ambomasse atau kerap disapa Haji Masse, mengungkapkan rasa senangnya karena musim ini hasil kakao meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Petani kakao yang memiliki lahan seluas 4 hektar ini juga bersyukur karena kakao kini tumbuh subur dan berbuah lebat. “Kami terus mengadopsi inovasi teknologi yang telah diterapkan pada tanaman kakao, sehingga para petani dapat menikmati hasil panen yang meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya. Ini berdampak pada pendapatan yang kami peroleh,” akunya saat ditemui di kebun miliknya (27/4).
Petani Kakao patut bersyukur berkat pendampingan Balitbangtan bisa nikmati panen kakao sepanjang tahun |
Semenjak peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-39 November 2019 lalu, tim Balitbangtan melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sultra terus memberi bimbingan teknis budidaya yang tepat sehingga tanaman kakao dapat berbuah sepanjang tahun.
Haji Ambomasse atau kerap disapa Haji Masse, mengungkapkan rasa senangnya karena musim ini hasil kakao meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Petani kakao yang memiliki lahan seluas 4 hektar ini juga bersyukur karena kakao kini tumbuh subur dan berbuah lebat. “Kami terus mengadopsi inovasi teknologi yang telah diterapkan pada tanaman kakao, sehingga para petani dapat menikmati hasil panen yang meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya. Ini berdampak pada pendapatan yang kami peroleh,” akunya saat ditemui di kebun miliknya (27/4).
Pendampingan teknologi juga telah mengubah kebiasaan dalam bertani. Selama musim kemarau, petani pada umumnya membiarkan tanamannya karena tidak berbuah. Dengan pendampingan budidaya, terbukti tanaman kakao bisa berbuah di luar musim atau saat musim kemarau. “Saat ini kami bisa memanen kakao sepanjang tahun. Bahkan sekarang kami dapat panen setiap minggu.” ungkap Masse.
Ditempat terpisah, Kepala BPTP Sultra, Muhammad Sidiq membenarkan perkembangan Kakao eks lokasi Gelar Teknologi Kakao HPS-39 sangat menggembirakan. “Apalagi saat kakao mulai berbuah dan memasuki puncak panen pada Mei, kami akan semakin intens memantau perkembanganya, “ jelasnya.
Menanggapi kisah sukses itu, Kepala Balai Besar Pengkajian Teknologi dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP), M. Taufiq Ratule melalui pesan singkatnya mengatakan, sejak HPS ke-39 lalu, masyarakat telah diperkenalkan pada banyak hal baru dalam bertani kakao, yaitu melalui pendekatan teknologi, sebagai bagian komitmen sesuai arahan Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry untuk terus mengembangkan teknologi yang dibutuhkan petani (ar).