Pati/Jateng (IndonesiaMandiri) – Dikenal dengan semboyan Bumi Mina Tani, Kabupaten Pati yang terletak di pesisir Utara Jawa, merupakan salah satu penghasil bawang merah terbesar di Jawa Tengah setelah Brebes dan Demak. Di April ini saja, setidaknya terdapat 549 hektar pertanaman bawang merah yang siap panen. Dengan luasan panen tersebut, dipastikan mampu mendukung suplai bawang merah nasional terutama jelang lebaran nanti. Meskipun wilayah Pati ditetapkan sebagai salah satu zona merah pandemi covid-19, namun tak menyurutkan semangat petani bawang merah untuk tetap beraktifitas di lahan. “Kami saksikan sendiri betapa gigihnya petani bawang merah Pati dalam bekerja di lahan. Mereka seakan tak gentar dengan Covid-19 yang menghantui masyarakat kebanyakan. Tetap bekerja di lahan namun protokol kesehatan juga tetap dijaga. Ini patut diapresiasi,” ujar Prihasto Setyanto, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian/Kementan saat memantau ketersediaan bawang merah di masa kewaspadaan ketahanan pangan nasional selama pandemi Covid-19 di Kecamatan Wedarijaksa Pati, Jateng (24/4). “Kami terjun langsung ke lapangan bukan untuk pencitraan atau sejenisnya. Tapi ini amanat Presiden langsung melalui Menteri Pertanian dalam menjaga ketahanan pangan. Sektor yang tidak boleh berhenti dalam kondisi kritis bagaimanapun. Mengapa? Karena pertanian mengurusi 267 juta perut rakyat Indonesia, tidak boleh main-main,” jelasnya.
Petani bawang merah di Pati terus bersemangat meski ditengah pandemi covid-19 |
“Kami saksikan sendiri betapa gigihnya petani bawang merah Pati dalam bekerja di lahan. Mereka seakan tak gentar dengan Covid-19 yang menghantui masyarakat kebanyakan. Tetap bekerja di lahan namun protokol kesehatan juga tetap dijaga. Ini patut diapresiasi,” ujar Prihasto Setyanto, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian/Kementan saat memantau ketersediaan bawang merah di masa kewaspadaan ketahanan pangan nasional selama pandemi Covid-19 di Kecamatan Wedarijaksa Pati, Jateng (24/4).
“Kami terjun langsung ke lapangan bukan untuk pencitraan atau sejenisnya. Tapi ini amanat Presiden langsung melalui Menteri Pertanian dalam menjaga ketahanan pangan. Sektor yang tidak boleh berhenti dalam kondisi kritis bagaimanapun. Mengapa? Karena pertanian mengurusi 267 juta perut rakyat Indonesia, tidak boleh main-main,” jelasnya.
Tidak tanggung, dalam lawatannya ke daerah tempatnya dibesarkan selama 20 tahun, Prihasto meninjau langsung di 3 lokasi sekaligus, yakni Desa Ngurensiti dan Desa Bangsalrejo, Kecamatan Wedarijeksa serta Desa Tegal Arum, Kecamatan Jaken.
“Hasil pantauan langsung hamparan pertanaman bawang merah disini sangat luar biasa. Bahkan di Kecamatan Jaken tanam bawang merah bisa dilakukan sepanjang tahun, bisa 4-5 kali setahun. Semakin meyakinkan kami bahwa pasokan menjelang lebaran nanti bakalan aman terkendali,” sambung Prihasto.
Pemerintah akan selalu hadir di tengah-tengah petani, antisipasi kecenderungaan fluktuasi harga di lapangan serta mencermati perkembangannya dan segera melakukan tindakan antisipasi dini.
“Apabila harga tinggi dan menyentuh harga yang tidak wajar, maka dilakukan pemindahan hasil produksi dari daerah surplus ke daerah minus dengan membiayai ongkos kirimnya. Sedangkan jika harga jatuh, maka mendorong petani melakukan tunda jual dengan penyimpanan hasil produksi pada gudang-gudang berpendingan dijual sampai harga membaik,“ paparnya (ma). 5