Kendaraan tempur SHORADs akan dikembangkan jadi anti-drone Jakarta (IndonesiaMandiri) - Pertahanan terbaik menghadapi UAS adalah denga...
Kendaraan tempur SHORADs akan dikembangkan jadi anti-drone |
Jakarta (IndonesiaMandiri) - Pertahanan terbaik menghadapi UAS adalah dengan UAS juga. Dengan pemikiran ini pihak Raytheon menciptakan system yang disebut Coyote, UAS berukuran kecil dengan kemampuan operasi terbang selama 60 menit, diluncurkan dari tabung/Pod beroperasi dengan frekuensi radi Ku-band, dilengkapi radar yang mampu mendeteksi dan menjejaki target.
Bila target telah diverifikasi, Coyote dengan system pencari yang canggih dan segera meluncurkan hulu ledaknya untuk mengeliminasi UAV yang menjadi target.
Industri Jerman yang bernama Delft Dynamics merancang system UAS versus UAS dengan arah yang berbeda. Mereka membuat Drone Catcher berupa UAS berbentuk quad-copter diintegtrasikan dengan kamera dengan hasil gambar pengenalan dan penjejakan serta dipersenjatai senjata yang melontarkan jaring pneumatic khusus.
UAS ini cukup terbang mendekati target hingga jarak 20 meter, menguncinya dan melontarkan jaringnya untuk menangkap target tersebut. UAS yang terjaring kemudian dapat di diamankan dengan Drone Catcher dengan mengulurkan kabel atau menjatuhkannya dengan parasut khusus.
UAS dapat tampil dari berbagai arah dan ini memerlukan area jangkauan yang luas serta integrasi pendeteksian, identifikasi, pengkajian dan asset-aset penetralan. Kemampuan kontra terhadap UAS merupakan suatu yang sangat diperlukan untuk melindungi sebuah areal yang tetap permanen seperti pangkalan udara, pangkalan acu dan instalasi yang bernilai tinggi. UAS sekarang sudah banyak yang dilengkapi dengan bahan peledak berdaya ledak tinggi yang dapat menjadi ancaman bagi instalasi seperti tersebut diatas.
Sensofusion, industri dari Finlandia memperkenalkan system yang disebut AIRFENCE untuk memberikan perlindungan areal dari serangan UAS. Sistem ini memanfaatkan sensor deteksi sinyal radio RF dengan jarak cakupan 10 km atau lebih, direction finding dan demodulasi lokasi UAS, dan, baik secara otomatis atau manual dapat memberikan notifikasi peringatan dini atau peringatak kritis. AIRFENCE sudah digunakan pada beberapa lapangan terbang komersial maupun kalangan militer. Kini system ini juga menarik perhatian USMC untuk dapat mereka operasikan dalam upaya melindungi asset-aset mereka di pangkalan acu. Agaknya industri pesawat udara nir-awak maupun anti-nya masih terus dikembangkan, kini kita tunggu saja berita terkini dari pameran kedirgantaraan Paris yang sedang berlangsung (mah/ma).
Foto: Istimewa