Telur Penyu yang terancam tanaman katang-katang Manokwari/Papua Barat (IndonesiaMandiri) - Bagi satwa langka seperti Penyu yang hidup ...
Telur Penyu yang terancam tanaman katang-katang |
Manokwari/Papua Barat (IndonesiaMandiri) - Bagi satwa langka seperti Penyu yang hidup di Pantai Jeen Womom, di pesisir Pantai Utara Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, keberadaan Tanaman katang-katang (Ipomoea spp.) menjadi ancaman baru untuk proses reproduksinya. Pantai Jeem Womom meliputi area pesisir Jamursba Medi (Jeen Yessa) dan Warmon (Jeen Syuab), yang menjadi sstu-satunya lokasi penyu belimbing (nama ilmiah: Dermochelys cariaveadi) untuk bertelur. Penyu belimbing adalah jenis paling langka di dunia dengan status spesies genting atau terancam (endangered).
Kondisi tersebut diungkap Fitri Pakiding, peneliti dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Papua/Unipa saat pertemuan tahunan Program Bentang Laut Kepala
Burung atau Bird’s Head Seascape/BHS di Manokwari, Papua Barat (1/4), yang melibatkan berbagai LSM lingkungan yang terlibat di dalam proyek BHS antara lain CI Indonesia, WWF Indonesia, The Nature Consevancy/TNC, Rare, Starling Foundation dan Yayasan Kehati.
Pantai Jeen Womom di Papua Barat tempat satwa langka penyu belimbing |
Katang-katang dikenal sebagai spesies tanaman pantai yang umum ditemui di pantai tropis, termasuk di Indonesia. Terdapat dua sub spesies yang dikenal di Indonesia, dan yang hidup di Tambrauw, yaitu sub spesies Ipomoea pes-caprae spp., atau biasa disebut batatas pantai oleh masyarakat setempat. Ancaman itu mulai terdeteksi di akhir 2016 ketika LPPM Unipa survei penyu di Pantai Jeen Womom. Menurut Fitri, ancaman batatas berasal dari akarnya yang menembus pasir dan masuk ke sarang penyu lalu membungkus seluruh telur yang ada. Akibatnya, “akar itu menyerap seluruh nutrisi di dalam telur sampai kering kerontang,” jelasnya.
Dessy Lontoh, peneliti lainnya dari LPPM Unipa, secara rutin mengambil dan menganalisis data Penyu Belimbing di Tambrauw juga menyebut batatas pantai jadi ancaman baru yang serius karena telah menyebabkan hampir seluruh sarang penyu pada satu periode bertelur, gagal melahirkan tukik. “Hanya sekitar satu persen sarang yang bisa menetas, sisanya gagal karena tanaman batatas,” ujar Dessy. Sedangkan Senior Program Manager Papua Barat CI Indonesia, Yance de Fretes menduga sementara atas apa yang terjadi adalah, “kompetisi memperebutkan habitat antara dua spesies karena terjadinya perubahan lingkungan.” Ia juga menyarankan agar dilakukan penelitian untuk memastikan penyebab dan menemukan solusi jangka panjangnya (ma).
Foto: Dok. Kemenpar