Konektifitas jalur kereta bantu kembangkan wisata di Garut Garut (IndonesiaMandiri) - “Siapa yang berani meragukan keindahan Garut. I...
Konektifitas jalur kereta bantu kembangkan wisata di Garut |
Garut (IndonesiaMandiri) - “Siapa yang berani meragukan keindahan Garut. Ini destinasi yang luar biasa. Garut memiliki nature dan culture yang sangat luar biasa. Juga dilengkapi dengan wisata sejarah, ada juga wisata religi. Garut sangat besar potensinya,” puji Menteri Pariwisata Arief Yahya di Cibatu, Garut, Jawa Barat (26/4).
Arief Yahya tak sendirian. Mereka rombongan naik kereta dari Bandung ke Cibatu dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat meresmikan jalur kereta baru ke Garut. Ikut pula dalam perjalanan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Ketua Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) serta debitur dan Pendamping Pembiayaan Ultra Mikro terkait pengembangan industri pariwisata untuk mendorong kesejahteraan masyarakat.
“Konektivitas yang dibangun Pemerintah memungkinkan kelancaran pergerakan barang dan manusia sehingga terdapat kemudahan akses dunia luar ke daerah wisata dan sebaliknya,” jelas Arief Yahya. Intinya, sektor kemajuan pariwisata berdampak luas bagi kesejahteraan masyarakat di daerah karena banyak wisatawan dalam dan luar negeri akan datang. Saat ini pemerintah telah persiapkan berbagai program seperti akses Wifi gratis, wisata kesehatan, dan program UMKM Jawa Barat di daerah wisata Situ Bagendit.
Pemerintah memang memandang sektor pariwisata sebagai sektor strategis dalam pengentasan kemiskinan. Sektor ini sangat terkait dengan lainnya yang bersifat padat karya serta melibatkan usaha masyarakat berskala mikro dalam jumlah masif. Melalui Pembiayaan Ultra Mikro (UMi), misalnya, masyarakat diberi program pembiayaan, pelatihan, pendampingan kepada pengusaha Ultra Mikro di daerah wisata. UMi merupakan program pembiayaan masyarakat usaha mikro di lapisan terbawah yang tidak memiliki akses perbankan. Jumlah plafon pembiayaan ini paling banyak Rp10 juta pernasabah (ay/ma).
Foto: abri