Jakarta (IndonesiaMandiri) - Kisah sukses kerja nyata bergotoroyong antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/KLHK, lembaga swas...
Jakarta (IndonesiaMandiri) - Kisah sukses kerja nyata bergotoroyong antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/KLHK, lembaga swasya masyarakat Conservation International Indonesia dan swasta Daikin Industries dalam merestorasi lingkungan di Desa Cihanyawar, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, menjadi bahasan menarik dalam Dialog Nasional “Kemitraan Publik-Swasta dalam Pemulihan Ekosistem Taman Nasional Gunung Gede Pangrango/TNGGP”, di Hotel Pullman, Jakarta (3/10).
Herry Subagiadi, Sesdirjen Konservasi dan Sumber Daya Alam Ekosistem KLHK, saat membuka dialog nasional mewakili Dirjen KSDAE yang berhalangan hadir mengatakan, bahwa perlu terobosan model pemulihan ekosistem di tiap-tiap ekosistem di darat dan laut. “Termasuk didalam kawasan konservasi memiliki riwayat dan potensi yang berbeda-beda,” ucap Herry.
Oleh karenanya, Herry mengapresiasi program Green Wall yang melakukan pemulihan ekosistem di kawasan konservasi TNGPP yang mengedepankan keterlibatan masyarakat. Green Wall ini dijalankan berkat bantuan perusahaan AC asal Jepang Daikin Industries, dan didampingi Conservation International Indonesia/CII.
Kemitraan lintas lembaga inilah yang dipuji juga Nur Hygiawati, Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Day Air Bappenas. “Kemitraan itu membangun kepercayaan, kemitraan harus setara,” jelas Nur. Dan di program Green Wall seluas 300 hektar di Desa Nagrak, Kabupaten Sukabumi ini, menurut Nur, kemitrannya tampak nyata.
Sementara Ketut Sarjana Putra, Vice President CII, tak cepat berbangga diri dengan apa yang dilakukan timnya dalam melakukan pendampingan kepada masyarakat di Desa Cihanyawar, Nagrak sejak 2008-2018. “Pekerjaan rumah kita masih besar. Kita baru melakukan perbaikan sekitar tiga persen,” kata Ketut.
Intinya, Ketut mengajak semua pihak untuk peduli dengan ekosistem. Apalagi do TNGGP juga ada satwa langka yang hanya hidup disitu, seperti Owa Jawa, Macan Tutul dan habitat lainnya.
Jadi, program Green Wall ini bisa menjadi percontohan untuk wilayah lain di Indonesia dalam hal merawat alam. Tentunya, pola kemitraannya akan berbeda pola sesuai dengan karakter atau kearifan lokal daerah tersebut (mab).