Jakarta (IndonesiaMandiri) - Pihak militer Korea Selatan/Korsel akhirnya memutuskan untuk membeli Misil Interceptor SM-3 versi senjata ya...
Jakarta (IndonesiaMandiri) - Pihak militer Korea Selatan/Korsel akhirnya memutuskan untuk membeli Misil Interceptor SM-3 versi senjata yang dipasang di kapal laut produksi Rautheon Amerika Serikat. Dikatakan bahwa pembelian ini untuk menghadapi serangan misil dari Korea Utara, seperti disampaikan oleh Petinggi Militer dari kantor Kepala Staf Gabungan Korsel pada 12 Oktrober lalu.
Misil Intercept SM-3 ini nantinya dalam jajaran Angkatan Laut Korsel difungsikan sebagai penembak jatuh misil balistik yang menyerang Korea Selatan dan masuk dalam jajaran sistem jaringan KAMD (Korean Air and Missile Defence). KAMD dirancang untuk menghancurkan misil yang terbang rendah mengancam wilayah Korsel. Saat ini Kosel dilengkapi dengan sistem senjata misil Patriot dan misil jarak menengah buatan lokal M-SAM.
SM-3 dirancang untuk menetralisir misil balistik jarak pendek dan menengah pada jarak 150 hingga 500 km, sementara varian terbarunya SM-3 IIA, dapat menetralisir target hingga 1.000 km. Pihak militer Korsel sangat yakin bahwa interceptor SM-3 ini akan sangat efektif untuk menghadapi serangan pulsa elektromagnetik yang dating dari ketinggian.
Iron Dome
Korsel juga membeberkan rencana pengembangan sistem pertahanan untuk menghadapi ancaman senjata artileri jarak jauh pihak Korea Utara yang digelar di sepanjang garis demarkasi. Modelnya kemungkinan meniru sistem pertahanan udara Iron Dome. Yaitu dengan menggelar sistem misil balistik jarak pendek yang dikenal dengan sebutan Korea Tactical Surface-to-Surface Missile. Misil yang dimaksud memiliki jarak tembak efektif sejauh 120 km dengan akurasi perkenaan sasaran dua meter dari target. Penembakan dapat dilakukan empat misil secara simultan, dan misil dapat mempenetrasi bunker dengan perkerasan beton, menggali area target beberapa meter ke bawah permukaan tanah.
Menurut Buku Putih Pertahanan 2016, Korea Utara memiliki sekitar 8.600 pucuk senjata artileri jenis tarik maupun gerak sendiri, juga 5.500 unit peluncur roket multi-laras; dimana diperkirakan 70 persennya digelar di perbatasan. Menurut analisa, Korea Utara telah menempatkan 340 unit meriam jarak jauh digaris depan yang dapat menembakan 15.000 butir peluru per jam kearah ibukota Korsel serta area disekitarnya.
Prinsip dari SM-3 adalah bukan perkenaan pada sasaran, tetapi penabrakan pada sasaran dengan dorongan tenaga ledakan yang setara dengan benturan truk berkapasitas 10 ton dengan kecepatan sekitar 600 mil per jam. Teknik ini disebut sebagai “hit-to-kill”. SM-3 dibuat dalam dua versi, yang berpangkalan di darat dan berpangkalan di kapal laut.
SM-3 Block IB Interceptor
Block IB sukses diluncurkan pada 2014, dalam suatu kegiatan pengujian di Hawaii. Setahun kemudian di coba untuk menghancurkan target misil balistik jarak pendek di samudera Pasifik. SM-3 Block IB interceptor memiliki system pencari sasaran infra-merah dua-warna serta penyempurnaan pada sistem kendali serta sistem propulsi menggunakan daya dorong pendek untuk mengarahkan misil ke target yang datang. Generasi berikutnya SM-3 Block IIA interceptor yang sedang dalam pengembangan dan diproduksi bersama dengan pihak industri Jepang, juga dengan versi pangkal darat dan pangkal kapal laut. Memiliki motor roket yang lebih besar sehingga dapat membawa muatan hulu ledak lebih besar termasuk hulu ledak kinetik. Pengujian yang dilakukan pada 2017 ini memperlihatkan hasil yang memuaskan (mah/mab).
Foto: istimewa