Jakarta (IndonesiaMandiri) - Ulos, kain tenun khas Batak yang sangat cantik, akan dipamerkan di Museum Tekstil, Jakarta, 19’September - 7 ...
Jakarta (IndonesiaMandiri) - Ulos, kain tenun khas Batak yang sangat cantik, akan dipamerkan di Museum Tekstil, Jakarta, 19’September - 7 Oktober 2018. Barang yang ditampilkan adalah koleksi pribadi milik Devi Pandjaitan bersama Kerri Na Basaria.
Pameran ini adalah persembahan Yayasan Del dan Tobatenun, serta didukung Kementerian Pariwisata. Tema yang diusung adalah Ulos, Hangoluan & Tondi. Rencananya, Menteri Pariwisata Arief Yahya akan membuka acara keren tersebut pada 19 September 2018.
Pameran merepresentasikan sebuah karya tenun yang menjadi simbol ikatan kasih sayang, restu dan persatuan dalam setiap tahapan kehidupan masyarakat Batak, Sumatera Utara
"Hangoluan yang berarti Kehidupan dan Tondi berarti Jiwa. Hal ini menggambarkan kain Ulos merupakan gambaran kehidupan dan jiwa masyarakat Batak," jelas Devi Pandjaitan (14/9).
Ditambahkannya, pameran berkolaborasi dengan salah satu interior desainer muda Indonesia, Mita Lukardi. Yang artinya, pameran akan dikemas segar dan menarik. Kain-kain Ulos akan ditampilkan dalam berbagai bentuk instalasi dekor. Detailnya menceritakan tahapan kehidupan.
Sementara itu, Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, NW Giri Adnyani mengatakan, “Ulos tidak hanya menyimpan tradisi Batak yang kental dan sarat makna, tapi juga prestise dari modernisasi proses akulturasi.” Tidak hanya Indonesia, lanjut Giri, sejumlah museum dan universitas di Singapura, Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda bahkan ikut melakukan kajian tentang ulos. Bahkan, saat IMF Meeting di Washington DC beberapa waktu lalu, Ulos Harungguan dipakai oleh para Pemimpin Keuangan dari berbagai negara yang hadir di sana (ay/lw).
Foto: Istimewa
Pameran ini adalah persembahan Yayasan Del dan Tobatenun, serta didukung Kementerian Pariwisata. Tema yang diusung adalah Ulos, Hangoluan & Tondi. Rencananya, Menteri Pariwisata Arief Yahya akan membuka acara keren tersebut pada 19 September 2018.
Pameran merepresentasikan sebuah karya tenun yang menjadi simbol ikatan kasih sayang, restu dan persatuan dalam setiap tahapan kehidupan masyarakat Batak, Sumatera Utara
"Hangoluan yang berarti Kehidupan dan Tondi berarti Jiwa. Hal ini menggambarkan kain Ulos merupakan gambaran kehidupan dan jiwa masyarakat Batak," jelas Devi Pandjaitan (14/9).
Ditambahkannya, pameran berkolaborasi dengan salah satu interior desainer muda Indonesia, Mita Lukardi. Yang artinya, pameran akan dikemas segar dan menarik. Kain-kain Ulos akan ditampilkan dalam berbagai bentuk instalasi dekor. Detailnya menceritakan tahapan kehidupan.
Sementara itu, Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, NW Giri Adnyani mengatakan, “Ulos tidak hanya menyimpan tradisi Batak yang kental dan sarat makna, tapi juga prestise dari modernisasi proses akulturasi.” Tidak hanya Indonesia, lanjut Giri, sejumlah museum dan universitas di Singapura, Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda bahkan ikut melakukan kajian tentang ulos. Bahkan, saat IMF Meeting di Washington DC beberapa waktu lalu, Ulos Harungguan dipakai oleh para Pemimpin Keuangan dari berbagai negara yang hadir di sana (ay/lw).
Foto: Istimewa